Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Pandu Ahlulbait Memaknai Kemerdekaan Republik Indonesia

Pandu Ahlulbait Memaknai Kemerdekaan Republik Indonesia

Pandu Ahlulbait Memaknai Kemerdekaan Republik Indonesia

Dalam rangka memperingati kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus hari lahir Gus Dur, Pandu Ahlulbait berkolaborasi dengan Gusdurian dan Tembang (Temu Kebangsaan) menyelenggarakan diskusi bersama dengan tema “Anak Muda Memaknai Kemerdekaan”, di Griya Pergerakan Gus Dur Jakarta, Sabtu (20/8).

Acara dimulai dengan nonton bareng film pendek terkait toleransi, lalu mendiskusikannya. Sebuah film yang menggambarkan kondisi seharusnya dari sebuah bangsa dan negara yang majemuk. Sikap toleransi yang ada sudah sejak awal mula, bahkan jauh sebelum lahir sebuah negara bernama Republik Indonesia.

“Sikap toleransi yang marak dibahas saat ini, adalah lebih karena kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini yang cenderung intoleran. Tak lain disebabkan oleh sikap arogansi dari beberapa pihak yang merasa paling benar dan menyalahkan pihak lain yang tidak sepaham dengannya. Terutama dalam praktik keberagamaan.” Terang Mujib, Sekjen Pandu Ahlulbait yang juga merupakan salah satu inisiator acara ini.

Baca juga : Indonesia Kecam Kekejaman Zionis di Masjid al-Aqsa

Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi tentang memaknai kemerdekaan. Semua perwakilan lembaga, memaknai kemerdekaan berdasarkan perspektif masing-masing.

Bagir Alatas, selaku ketua Pandu Ahlulbait Jakarta menyatakan bahwa selain melihat kemerdekaan dari sekup terkecil (yaitu diri sendiri) yang harus terbebas dari hawa nafsu, kita juga mesti memperhatikan isu kemerdekaan secara global. Jangan pernah melupakan bangsa seperti Palestina dan Yaman yang masih diagresi oleh rezim zionis dan Saudi Arabia.

“Di zaman digital seperti saat ini, mestinya kita juga melek informasi dari isu-isu semacam ini,” ujarnya.

Sayyid Muhammad Hasni, Ketua Pimnas Pandu Ahlulbait juga menambahkan bahwa sebagai anak muda harus sadar bahwa kita masih dan sedang dalam kondisi perang. Memang bukan perang yang dapat dirasakan, dan justru itulah bahayanya. Kita sedang diperdaya oleh kenikmatan hiburan media sosial dan game online yang mengasyikkan.

“Kita hampir bisa pastikan, bahwa anak muda yang kecanduan game online, mereka tidak punya kepedulian terhadap sekitarnya baik keluarga, masyarakat, apalagi bangsanya. Dan memang ini yang dikehendaki oleh musuh-musuh kita, sebagai perang lunak (soft war),” kata Sayyid Muhammad.

Diskusi semakin menghangat dan tak terasa sudah tengah malam.

“Pertemuan kali ini menjadi sangat istimewa karena perbincangan menjadi semakin rasional dengan kehadiran teman-teman Pandu Ahlulbait, dan kami harap teman-teman Pandu Ahlulbait bisa hadir pada Jumat pertama tiap bulannya. Dan kami harap dari pertemuan ini bisa berlanjut juga dengan kegiatan yang bisa dikerjasamakan antar lembaga.” Ujar Zahro salah satu aktivis Gusdurian Jakarta. [Mujib]

Baca juga : Begini Tanggapan Kemenlu Soal Normalisasi Indonesia – “Israel”

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *