Dunia Islam
Mengais Berkah Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar
Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik dari seribu bulan. Begitu Allah menyebutnya.
Sebagian kaum Muslimin meyakini Lailatul Qadr adalah malam diturunkannya Al-Quran. Tak perlu diragukan bagaimana Islam menekankan para umatnya untuk ‘mengalaminya.’
Para ulama pun kerap menyampaikan banyak riwayat yang menyebutkan tersedianya beragam amalan yang dianjurkan untuk mendapat keberkahan pada malam spesial ini.
Menyambut seruan itu, di Husainiyah Azzahra, Bandung pun, acara Lailatul Qadr menjadi momen langka yang di tunggu-tunggu oleh para jamaah pencinta Ahlulbait di kota itu.
Jarak dan waktu sama sekali bukan penghalang. Buktinya, sebagian jamaah justru hadir dari perbatasan Sumedang. Tamu yang hadir selalu membludak setiap tahunnya, sampai untuk tempat shalat saja, pihak Husainiyah harus meminjam masjid di belakangnya. Lebih dari 150 orang hadir dalam acara tersebut.
Acara dimulai pukul 10 malam dengan shalat Qadha berjamaah untuk 3 hari. Setelah shalat, ada waktu sekitar 30 menit untuk istirahat dan menyantap hidangan yang disediakan panitia.
Kemudian acara dilanjutkan dengan ceramah agama oleh pembina Husainiyah, Ustad Husein Alkaff berkenaan dengan peristiwa syahadah Imam Ali as—karena menurut sejarah malam ke 19 Ramadhan itu bertepatan dengan malam ditebasnya kepala Imam Ali oleh Abdullah ibn Muljam.
Usai ceramah, buku doa Jausyan Kabir pun dibagikan. Pembacaan doa Jausyan berlangsung sampai sekitar pukul 2 dini hari. Lalu acara ditutup dengan renungan dan pembacaan tawassul kepada Imam Mahdi afs. Setiap tamu mendapat makanan sahur yang kemudian dibawa pulang dan sebagian ada yang langsung dinikmati para jamaah di Husainiyah.
Begitulah momen Lailatul Qadr selalu memiliki daya tarik tersendiri setiap bulan Ramadhan datang. Selain dikenal kemuliaannya sebagaimana yang telah banyak diriwayatkan, momen kedatangannya yang hanya setahun sekali itu pun tak ayal juga menjadi pendorong tersendiri bagi kaum Muslimin untuk menyambutnya dengan penuh antusias. Itulah kenapa soal jarak dan waktu tak lagi menjadi penghalang demi keinginan meraih keberkahan Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar. (Bahesti/Yudhi)