Nasional
Angka Kekerasan pada Anak Kian Menguatirkan
Angka Kekerasan pada Anak Kian Menguatirkan
Hari Anak Nasional diperingati setiap tahunnya pada 23 Juli, sebagai bentuk penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa. Sayangnya, di tengah peringatan Hari Anak Nasional tersebut, angka kekerasan terhadap anak kian menguatirkan.
Hal itu disampaikan Ketua Divisi Gender dan Anak, Satgas PPKS Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Putri Aisyiyah Rachma Dewi. Bahkan lingkungan tempat anak belajar dan bermain semakin tidak aman serta mengancam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Kultur masyarakat kita sangat permisif terhadap budaya kekerasan bahkan anak-anak ini terancam tidak hanya dari orang dewasa tapi juga dari anak-anak yang lain. Masyarakat cenderung permisif dan kekerasan semakin dianggap wajar,” ujar Putri, dikutip dari Medcom.id, Senin (25/7).
Ia juga mengatakan bahwa angka kekerasan seksual pada anak semakin meningkat dari tahun ke tahun. Palekunya bukan saja orang asing, bahkan orang terdekat anak justru menjadi pelakunya, ada kerabat, tetangga, bahkan keluarga inti.
Baca juga : Peringati Al-Quds Day 2023, Teriakan “Mampus Israel” Menggema di Tolitoli
Putri menjelaskan bahwa penyebab utama kekerasan seksual terhadap anak adalah lingkungan sekitar yang tidak mampu memberikan perlindungan maksimal kepada anak.
“Salah satu lingkungan yang dimaksud ialah keluarga. Orang tua terkadang merasa kebutuhan anak hanyalah pangan, sandang, dan papan, sehingga orang tua cenderung sibuk dan kurang memberikan perhatian lebih kepada anak seperti bermain dengan siapa saja, lama bermain, dan perhatian sejenisnya,” papar Putri.
Sementara itu, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatata terdapat 2.739 laporan kasus kekerasan anak pada tahun ini. jumlah itu merupakan 52 persen dari akumulasi laporan yang masuk.
”Indonesia berada dalam situasi darurat,” kata Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait seperti yang dilansir Jawa Pos.
Ironisnya, sebagian besar kasus justru terjadi di tempat-tempat yang seharusnya steril dari kekerasan seksual. Misalnya, rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Yang lebih miris lagi, mayoritas pelaku kekerasan seksual justru orang-orang yang kenal dengan korban. Orang tua kandung atau sambung, guru, kerabat dekat, dan teman.
Baca juga : Hari al-Quds di Sulbar, Serukan Tolak Normalisasi dengan Penjajah “Israel”