Internasional
Komandan IRGC: Amerika Harus Keluar dari Kawasan dengan Hina atau Dipaksa
Komandan IRGC: Amerika Harus Keluar dari Kawasan dengan Hina atau Dipaksa
Komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) mengatakan Amerika harus meninggalkan kawasan dengan hina atau akan dipaksa melarikan diri dalam kondisi yang lebih buruk daripada yang mereka alami di Afghanistan.
“Seperti yang telah dikatakan, kami sekali lagi memberi tahu Amerika bahwa Anda harus meninggalkan wilayah geografis di sekitar kami… membawa serta penghinaan yang Anda hadapi; jika tidak, Anda akan diusir dengan cara yang jauh lebih buruk daripada [apa yang Anda alami di] Afghanistan dan Anda akan dipaksa untuk melarikan diri,” kata Brigadir Jenderal Esmail Qa’ani dalam upacara peringatan di kota Shiraz, Iran selatan, Kamis, (2/12), seperti yang dilansir Press TV.
“Ini adalah takdirmu yang tak terelakkan,” kata Qa’ani. “Anda harus tahu bahwa pergi adalah waktu ketika kamu melakukan apa pun yang kamu inginkan; waktu serangan tembak dan lari telah berakhir dan jika Anda memukul, Anda harus menunggu dan menerima respons dengan cara yang paling keras.”
Komandan IRGC itu mengatakan, setelah 20 tahun pertempuran di Afghanistan, Amerika tidak punya pilihan lain selain menyerah pada negosiasi dan bahkan kemudian, melakukan kejahatan dan tindakan pengkhianatan selama negosiasi, dan menciptakan masalah bagi rakyat Afghanistan.
Baca juga : Rakyat Palestina Lancarkan “Operasi Anti-zionis”
“Amerika mendirikan pemerintahan di Afghanistan dalam hitungan 20 tahun, [dan menciptakan] pemerintahan yang tidak dapat bertahan selama 20 hari [melawan serangan gencar Taliban] dan mereka bahkan gagal menerbangkan orang-orang mereka sendiri keluar dari bandara Kabul,” kata Qa’ani.
Ia menekankan bahwa kekalahan AS di Afghanistan adalah “kekalahan terbesar” bagi Amerika pada abad terakhir. Komandan senior Iran itu juga mengatakan, “Setelah Amerika… menderita kekalahan di Afghanistan tahun lalu, mereka mengangkat banyak masalah marginal dan sekunder sehingga dunia tidak akan menyadari aib apa yang mereka alami di sana.”
AS menginvasi Afghanistan pada Oktober 2001 setelah serangan 11 September 2001. Pasukan Amerika menduduki negara itu selama sekitar dua dekade dengan dalih berperang melawan Taliban. Namun ketika pasukan AS meninggalkan Afghanistan, Taliban menyerbu Kabul.
Taliban merebut kendali Afghanistan pada Agustus setelah serangan sengit bersamaan dengan penarikan cepat semua pasukan Amerika Serikat dari negara itu yang telah diumumkan oleh Washington pada bulan April.
Pemerintah Afghanistan (boneka AS) dengan cepat runtuh pada 15 Agustus, dengan Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu ketika menghadapi serangan kilat Taliban.
Baca juga : Di Masjid al-Aqsa, Ribuan Rakyat Palestina Salat Idul Adha