Nasional
Bahaya Kampanye Hitam Bagi Masa Depan Demokrasi
Menjelang hari H pilpres 9 Juli mendatang, berbagai cara kampanye dan suasana penggalangan dukungan atas kedua capres kian memanas. Baik melalui pemasangan baliho dan spanduk di sepanjang pinggiran jalan, maupun lewat acara kunjungan capres dan cawapres ke daerah-daerah yang gencar diliput media TV, koran, dan majalah.
Terbuka luasnya kesempatan pemanfaatan ruang media massa untuk beradu iklan dan gagasan, tak pelak juga dimanfaatkan sekelompok orang yang tidak hanya mendukung satu capres tertentu, melainkan dipakai juga untuk menebar kampanye hitam dengan tujuan menyerang capres yang beda kubu.
Perkembangan mutakhir di kancah politik Tanah Air inilah yang melatarbelakangi diadakannya diskusi tentang strategi kampanye media pilpres di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat (27/6) lalu. Kampanye hitam menjadi pembahasan dominan dalam diskusi itu.
Franz Magnis Suseno, selaku pengamat turut hadir sebagai salah satu pembicara. Menurutnya, kampanye hitam tak hanya bisa dilabelkan kepada dua kubu capres beserta tim sukses inti yang berada di pusat sebagai pelakunya, “Namun mereka seharusnya juga menghimbau para anggotanya di daerah-daerah untuk menghindari cara-cara semacam itu,” ungkapnya.
Selain itu, Romo Magnis menegaskan bahwa kampanye hitam perlu dikecam, karena tak hanya merugikan capres tertentu melainkan juga negara. Karena kita tahu, Indonesia adalah negara yang majemuk dan beragam. “Kampanye hitam, isu SARA dan sebagainya dapat merusak kemajemukan tadi,” tambahnya. “Dan hal itu sangat berbahaya bagi Indonesia.”
“Kecewa karena kalah, dapat dimengerti. Tepuk tangan karena menang, dapat diterima. Namun, kampanye hitam dapat meracuni dan menimbulkan perpecahan,” tambahnya.
Selain Romo Magnis, hadir juga Taufik Basari selaku pembicara dari tim sukses Jokowi-JK. Menurutnya, pilpres adalah pesta demokrasi yang harus dirayakan dengan ceria dan gembira. Sedangkan kampanye hitam, saling membenci dan fitnah adalah sebuah kesalahan yang tak boleh dilakukan.
Pemilih juga harus memilih atas dasar pikiran rasionalnya, bukan atas dasar fitnah dan akibat termakan isu SARA belaka. “Karena Pemilu bukan sekadar urusan kalah atau menang, tapi juga sarana untuk mengajarkan pendidikan politik, demokrasi dan nilai-nilai kejujuran,” ungkapnya.
Sementara tim sukses Prabowo-Hatta yang turut diundang sebagai pembicara, hingga akhir acara, tak tampak hadir dalam forum tersebut. (Malik/Yudhi)