Dunia Islam
Meneladani Perjuangan dan Pengabdian Imam Khomeini Untuk Islam
Setiap pemimpin revolusioner selalu menjadi pahlawan di setiap hati yang mencintai perubahan ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Pemimpin seperti itulah yang dengan kekuatan kepemimpinannya akan mampu mengakhiri merajalelanya kezaliman dan menggantinya dengan tegaknya keadilan. Perubahan itulah yang telah diwujudkan Imam Khomeini di Iran, dengan terbentuknya pemerintahan Islami bernama Republik Islam Iran.
Itulah sebabnya, di dunia Islam kontemporer, tokoh pemimpin revolusi yang paling utama, paling dipuja dan paling dikenal luas serta menjadi teladan bagi kaum Muslimin, salah satunya tak lain adalah Imam Khomeini. Karena itu pula sangat wajar bila pada saat beliau wafat di usia 87 tahun, pada 4 Juni 1989, hari itu pun menjadi hari duka cita mendalam khususnya bagi rakyat Iran dan secara umum bagi seluruh kaum Muslimin di dunia.
Dalam rangka memperingati hari wafat Imam Khomeini yang ke-25 itulah, Rabu (4/6) lalu Islamic Cultural Center (ICC) Al Huda Jakarta mengadakan acara pengajian umum dan doa bersama untuk mengenang kembali teladan perjuangan beliau sebagai salah seorang Pemimpin Revolusi Islam.
Bertempat di Aula Husainiyah ICC, Jakarta, acara tersebut dihadiri lebih dari 200-an jamaah, dan berlangsung mulai pukul 19.00 hingga pukul 21.30 malam.
Mengawali sambutannya, Mahmoud Farazandeh, Duta Besar Iran, menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran murni agama Islam yang pernah diperolehnya dari Imam Khomenei. Sedikitnya ada lima hal yang disampaikan Farazandeh yaitu, mengenal agama dan keyakinan, makna penghambaan kepada Allah SWT, tujuan diutusnya Nabi dan Rasul, prinsip memerangi kezaliman, dan prinsip-prinsip dalam melakukan amal ibadah.
Sementara ceramah inti disampaikan Ustad Jalaluddin Rakhmat. Kang Jalal (panggilan akrab Ustad Jalaluddin Rakhmat) menyampaikan pesan Imam Khomenei kepada seluruh umat Islam agar mereka benar-benar bijak dalam memanfaatkan amanah umur yang Allah karuniakan. Sebagaimana dengan penuh kerendahan hatinya, Imam Khomeini seringkali menyampaikan bahwa salah satu penyesalan beliau adalah tentang masa mudanya yang terbuang percuma. Padahal kita ketahui bersama bahwa sejatinya sejak belia Imam Khomeini telah berkhidmat kepada Islam. Namun demikian dengan tawadhu beliau tetap mengakui bahwa masa mudanya seolah terbuang sia-sia, demi menekankan pentingnya kaum muda tak mudah menyia-nyiakan karunia masa muda mereka.
Selain itu menurut Kang Jalal, Imam Khomenei sepanjang hidupnya selalu berusaha meluruskan penafsiran-penafsiran yang salah dari sebagian orang terhadap persoalan-persoalan keagamaan yang pernah beliau sampaikan di kalangan kaum Muslimin. Artinya, Imam Khomeini pasti akan selalu meluruskan penafsiran yang jauh berbeda dengan apa yang beliau maksud saat menyampaikannya.
“Dalam banyak kesempatan Imam Khomeini mengatakan bahwa dirinya ingin pergi dari hiruk-pikuik masjid demi untuk mendengar perkataan orang-orang yang salah tentang pemahaman beliau, agar beliau bisa segera meluruskannya kembali,” tegas Kang Jalal.
Di akhir ceramahnya Kang Jalal berpesan terkait pilpres Juli mendatang agar para jamaah yang hadir selaku calon pemilih pandai-pandai mempertimbangkan faktor kemaslahatan umat dalam memilih capres sesuai hati nurani masing-masing. (Fuad/Yudhi)