Sejarah
Persekongkolan di Tikungan Jalan
Di tengah perjalanan pulang Nabi saw dari perang Tabuk, 14 oknum munafik berencana membunuh beliau di jalan. Kemudian mereka mempersiapkan beberapa drum yang diisi dengan kerikil. Di malam gelap gulita, mereka melemparkan drum-drum itu dari kaki bukit. Mereka mengira Nabi saw yang sedang menaiki unta akan terkejut oleh drum-drum ini saat melewati tikungan.
Mereka juga mengira unta yang beliau tunggangi akan panik dan melemparkan beliau ke lembah bujit akibat mendengar suara gemuruh yang ditimbulkan drum-drum penuh kerikil yang menggelinding itu.
Namun, begitu mereka menggelindingkannya, drum-drum itu tiba-tiba berhenti di tengah jalan atas perintah Allah Swt. Saat bersamaan, tiba-tiba muncul kilat yang menerangi jalan itu sehingga Nabi saw dapat melihat empat belas orang munafik tersebut dan mengenali mereka.
Setelah kejadian itu, Nabi saw memanggil orang-orang munafik itu. Lalu Nabi saw bertanya kepada mereka, “Apakah aku pernah berbuat buruk kepada kalian sehingga kalian berencana membunuhku?” Nabi saw adalah sosok lautan kasih sayang, pemaaf, dan penyabar. Alih-alih menghukum, beliau malah memaafkan dan membebaskan mereka.
Dasteghib, Jika Aku Masih Hidup Esok Pagi: Kisah-Kisah Teladan Seumur Hidup