Berita
Webinar Muslimah ABI – Refleksi Peringatan Hari Kartini; Perempuan dan Literasi
Muslimah Ahlulbait Indonesia & Peringatan Hari Kartini
Webinar -Talk Show Lintas Organisasi & Lintas Agama “Refleksi Peringatan Hari Kartini; Perempuan dan Literasi”
Salah satu Proker Bidang Perempuan, Anak dan Keluarga Muslimah Ahlulbait Indonesia adalah membuka jaringan dengan organisasi perempuan lainnya, baik di tingkat Nasional maupun Internasional. Peringatan Hari Kartini merupakan salah satu momen penting untuk merealisasikan Proker tersebut, karena berbagai acara akan diselenggarakan oleh organisasi perempuan atau perempuan lintas agama dan mazhab di Indonesia. Dengan mengundang para tokoh perempuan dari berbagai organisasi dan agama, maka akan membuka jaringan dengan lintas organisasi dan lintas agama.
Hari Kartini merupakan momen penting bagi perjuangan perempuan Indonesia dalam mencapai harkat dan martabatnya, juga untuk memajukan perempuan hingga dapat berdampingan dengan pria dalam membangun dan memajukan bangsa. Salah satu metode perjuangan R.A Kartini adalah melaui literasi, karena itu, pada peringatan Hari Kartini tahun ini, Bidang Perempuan, Anak dan Keluarga Pimpinan Nasional Muslimah Ahlulbait Indonesia menyelenggarakan Webinar-Talk Show lintas organisasi dan lintas agama dengan mengangkat tema; Refleksi Peringatan Hari Kartini; Perempuan & Literasi, pada Jumat (23/4). Acara ini telah menghadirkan para Narasumber perwakilan pemerintah, organisasi dan agama lain. Ibu Justina Rostiawati; Ketua Presidium DPP Wanita Katolik Republik IndonesiaI (WKRI), Ibu Anggia Erma Rini, M.K.M; Ketua Umum PP Fatayat NU, Ibu Maria Ulfah Anshor; Komisioner KOMNAS Perempuan, dan Ibu Dra. Endang Sri Rahayu, M.Ud; Pimpinan Nasional Muslimah Ahlulbait Indonesia.
Berbagai pertanyaan dilontarkan kepada Narasumber terkait R.A Kartini dan literasi, di antaranya; Bagaimana memaknai R.A Kartini sebagai Pahlawan Nasional dalam memajukan Literasi bagi Perempuan Indonesia? Sejauhmana efektivitas gerakan Literasi dalam memajukan perempuan dan perjuangan membela hak-hak perempuan, juga bagaimanakah perkembangan gerakan literasi perempuan pada masa kini? Bagaimana perempuan menyebarkan nilai-nilai kehidupan dan mencerdaskan bangsa melalui kegiatan Literasi, juga menyelesaikan berbagai permasalahan, terkhusus masalah perempuan? Banyak tokoh perempuan yang memiliki jasa besar dalam melawan Kolonial Belanda dan memperjuangkan hak-hak perempuan seperti Cut Nyak Dien, Rohana Kudus, Dewi Sartika, bahkan Dewi Sartika telah mendirikan sekolah perempuan “Sakola Istri” (Bahasa Sunda yang artinya sekolah perempuan). Terlepas dari peran Presiden RI pertama yang menetapkan R.A Kartini sebagai pahlawan, apakah faktor-faktor yang membuat perjuangan R.A Kartini lintas ruang dan waktu? Gerakan dan perjuangan R.A Kartini sebagai ikon gerakan emansipasi wanita di Indonesia, bagaimanakah sejatinya emansipasi wanita itu? Dan bagaimanakah perempuan Indonesia masa kini melanjutkan perjuangan R.A Kartini, terkhusus di era Pandemi sekarang ini?
Ibu Justina, Ketua Presidium DPP Wanita Katolik RI mengatakan bahwa literasi adalah keterampilan hidup yang dapat dipakai dalam kehidupannya. R.A Kartini telah menuangkan seluruh pengalaman hidupnya dalam bentuk koresponden surat menyurat kepada teman perempuannya di Belanda. Dia juga telah menuangkan seluruh pengalaman hidupnya kepada perempuan sebagai literasi baca, menulis, kehidupan/life skill. R.A Kartini mengorbankan diri, meninggal di usia muda, usia 25 tahun wafat setelah melahirkan. Dia adalah contoh luar biasa tokoh perempuan dan literasi bagi Indonesia. Bu Justina juga menambahkan bahwa emansipasi adalah berani angkat suara atas ketidakadilan dalam hal apa pun, melawan konsumerisme, karena biasanya perempuan itu korban pertama konsumerisme. Perempuan dapat melakukan kegiatan lintas agama seperti bersama dengan lingkungan melakukan sesuatu. Katolik telah menyusun Modul Toleransi dan mengadakan gerakan , yaitu gerakan menanam untuk ketahanan pangan.
Ibu Anggia, Ketua Fatayat-NU menyatakan bahwa berjuang supaya perempuan itu melek baca, terinspirasi dari semboyan R.A Kartini, “Aku mau”. Pada saat seseorang mengatakan “aku mau” maka akan ada usaha untuk mencapainya. Semboyan ini dapat menjadikan perempuan itu bisa. Literasi adalah bagian dari adaptasi. Perempuan menjadi tempat pertama literasi, terutama terhadap anak dan keluarga. R.A Kartini dalam kondisi terhimpit dan budaya yang tak mendukung dapat melakukan yang terbaik. Yang lebih tepat adalah emansipasi perempuan bukan wanita, karena perempuan itu lebih berdaya. Emansipasi artinya berani mengkritik kebijakan, problem solver dan perempuan yang adaptif terhadap kondisi pandemi atau lainnya.
Ibu Maria Ulfah Anshor dari Komnas Perempuan juga telah memaparkan jawaban dengan sangat menarik. Pendidikan perempuan, terutama seorang Ibu, sangatlah penting karena akan mempengaruhi anak-anak dan lingkungan sekitar. Dampak literasi yang dimulai dari keluarga, maka akan memiliki ’resonansi’ yang dahsyat. Terlebih lagi di era digital ini, teknologi bagaikan pisau bermata dua. Kita harus mengikuti perkembangan zaman agar anak-anak tidak terkena dampak negatif dari internet, tetapi bisa mengoptimalisasikannya secara positif. Literasi tak hanya melalu jalur formal, tapi juga informal; hal yang terpenting ialah perempuan tidak pernah berhenti belajar. Merujuk pada Kartini, sosoknya merupakan aktor lintas waktu yang memiliki kemauan untuk berjuang demi kaumnya melalui literasi. Merujuk pada QS. Al-Baqarah: 257, Allah telah mengeluarkan dari kegelapan menuju cahaya, begitu pula manusia yang berilmu. Komnas Perempuan, selama ini telah melakukan berbagai program, termasuk berbagai kajian yang menyoroti bias gender pada Undang-Undang dan penyelesaian kasus-kasus diskriminasi terhadap perempuan.
Ibu Endang, Pimpinan Nasional Muslimah ABI mengatakan bahwa dalam Perspektif Islam, gerakan Literasi telah dimulai sejak turunnya wahyu pertama kepada Muhammad Saw, dengan ayat Iqra,’ bismirabbikaladzi khalaq… Hal ini menunjukkan akan pentingnya Literasi untuk membangun pengetahuan. Dan Ibu Kartini telah juga melakukan gerakan Literasi sebagai cara perjuangannya untuk mencerdaskan masyarakat Jawa saat Itu melalui surat-suratnya yang ditulis untuk sahabat-sahabatnya, dan akhirnya surat-surat tersebut dikumpulkan menjadi sebuah buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang terinspirasi dari bunyi ayat Al-Quran, “minadh dhulumati ilannur”.
Di samping Itu, semangat Literasi Kartini juga diwujudkan ketika beliau mengajukan permohonan kepada Kyai Soleh Darat, guru Ngajinya untuk menuliskan tafsir al-Qur’an dalam bahasa Jawa, agar bisa difahami oleh masyarakat. R.A Kartini nyantri Tafsir Al-Quran kepada Kiayi Soleh Darat.
Literasi akan menjadi efektif, ketika hasil bacaan itu menjadi sebuah pengetahuan yang tentunya dengan memiliki berbagai macam pengetahuan, maka akan membantu menyelesaikan berbagai permaslahan. Dan Perempuan, terutama mereka yang mempunyai tugas membina keluarga, mendidik dan mengasuh anak-anaknya, tentu harus memiliki banyak pengetahuan dan lifeskill, yang akan membantu dalam menyelesaikan berbagai tugas dan tanggung jawab.
Berkaitan dengan gerakan emansipasi perempuan yang dilakukan oleh Kartini, adalah dalam upaya perempuan mendapat hak dan kesempatan yang sama dalam memperoleh kehidupan ini. Bicara tentang emansipasi perempuan, maka kita harus ingat bahwa, Rasulullah saw adalah Pejuang Emansipasi Perempuan. Saat masyarakat Arab Jahiliah memandang perempuan sebagai sosok yang tidak berguna dan bahkan sangat membebani, hingga rela membunuh dan bahkan mengubur hidup-hidup anak perempuan, maka saat kelahiran Sayidah Fatimah Zahra as, Rasulullah saw menunjukkan kepada masyarakat Arab bahwa anak perempuan adalah karunia besar dari Allah Swt bagi keluarga, dan hal Itu akhirnya terbukti bahwa Sayyidah Fathimah adalah pendamping utama Rasulullah saw dalam perjuangan dakwahnya yang syarat dengan penderitaan. Dan dalam kondisi seperti Itu, sang putri, Sayidah Fatimah Zahra mampu tampil sebagài penyejuk jiwa beliau, terlebih setelah wafatnya Bunda Khadijah, Istri mulia Rasulullah. Sampai-sampai Sayidah Fathimah Zahra as yang saat Itu sangat beliau sekali mendapat gelar Ummu Abiha.
Acara Webinar-Talk Show ini dihadiri oleh 180 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan dari Luar Negeri yang terdiri dari berbagai kalangan; Fatayat-NU, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Komnas Perempuan, Fathimiyah IJABI, Majelis Taklim, Kementrian Agama Poleman dan Mamuju, Pengurus Muslimah Ahlulbait Indonesia dan masyarakat umum.
Bahkan ada yang melakukan Nobar seperti yang terjadi di kantor KEMENAG POLEMAN. MC yang sekaligus Moderator, Bu Nina Mahdi sangat baik membawakan acara yang menjadikan suasana sangat hidup sehingga para peserta sangat antusias.
Peserta sangat antusias mengikuti acara tersebut, terlihat dari komen-komen mereka di chatroom zoom. Untuk memeriahkan acara tersebut, UMKM Muslimah Ahlulbait Indonesia mensuport acara dengan memberikan harga diskon khusus untuk pembelian produk-produk hingga tanggal 30 April. Berikut adalah koleksi produk para suportir acara Webinar.
Untuk memeriahkan acara, di akhir, para peserta yang bertanya akan mendapatkan doorprize buku Abjad Cinta, karya salah satu Pengurus Muslimah Ahlulbait Indonesia sebagai salah satu contoh nyata literasi.
Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar berkat kerjasama dan kerja keras semua jajaran panitia. Webinar-Talk Show Peringatan Hari Kartini diselenggarakan pada hari Jumat, 23 April, pukul 09:00-11:30. Follow up dari acara ini adalah terjalinnya jaringan Muslimah Ahlulbait Indonesia dengan organisasi dan agama lainnya di tingkat Wilayah dan Cabang untuk memperkuat eksistensinya di masyarakat.
Bidang Perempuan, Anak dan Keluarga Pimpinan Nasional Muslimah Ahlulbait Indonesia