Ikuti Kami Di Medsos

Sejarah

Haji Wada’ (Perpisahan) dan Ghadir Khum.

Pada 25 Zulhijah tahun ke-10 Hijriah, Rasulullah saw mengumumkan akan menunaikan haji tahun itu. Beliau berpesan bahwa siapa saja yang mau menyertainya segera mempersiapkan diri. Berita ini menciptakan semangat dan kegembiraan di kalangan muslimin.

Bersama Rasulullah saw mereka mempersiapkan diri menyambut pesan beliau. Rasulullah saw menunjuk Abu Dujana sebagai wakil beliau di Madinah. Setelah itu, beserta sahabat-sahabat lainnya, beliau bergerak menuju Mekah.

Rasulullah saw memulai pelaksanaan rukun ibadah haji di Zulhulaifah dan melantunkan Labbaik. Dari Zulhulaifah beliau bertolak menuju Mekah.,

Setelah sepuluh hari tiba di Mekah, Rasulullah saw memasuki Masjidil Haram dan melaksanakan rukun-rukun haji lainnya. Hari berikutnya, beliau menyampaikan pidato di Mina. Beliau bersabda, “Kita membutuhkan kemapanan dalam pemerintahan Islam.”

Selepas menunaikan ibadah haji, tepatnya pada Kamis, 18 Zulhijah, Rasulullah saw tiba di dekat ladang Juhfa. Saat itu, Malaikat Jibril as menyampaikan wahyu dari Tuhan yang harus beliau sampaikan. Segera saja Rasulullah saw mengumpulkan para sahabat dengan mengatakan bahwa beliau akan mengumumkan suatu pesan yang sangat penting.

Ratusan jamaah Haji berkumpul untuk mendengar pidato Rasulullah saw. Mereka memasang telinga baik-baik demi mendengarkan pesan yang akan disampaikan beliau, “Segala puji dan puja bagi Allah Yang Mahakuasa. Hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan dan keimanan, Dialah tempat tumpuan hajat manusia. Aku (Nabi Muhammad saw) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Wahai muslimin! aku (Nabi Muhammad saw) segera meninggalkan kalian semua dan kutinggalkan dua wasiat yang berharga kepada kalian, yaitu al-Quran dan Ahlul Baitku. Keduanya tidak akan terpisah satu sama lain sampai kalian menjumpaiku di telaga Kautsar (pada Hari Pengadilan). Oleh karena itu, jagalah mereka dan jangan kalian tinggalkan. Jika kalian tinggalkan wasiat ini, kalian akan binasa.”

Kemudian beliau meraih tangan Imam Ali bin Abi Thalib as dan mengangkatnya seraya bersabda, “Barangsiapa menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya sepeninggalku. Ya Allah! cintailah orang-orang yang mencintai Ali dan musuhilah orang-orang yang memusuhi Ali. Lindungilah orang-orang yang melindungi Ali dan binasakanlah orang-orang yang membinasakan Ali.”

Majma Jahani Ahlul Bait, Seri Manusia-manusia Suci, Nabi Muhammad saw

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *