Ikuti Kami Di Medsos

Sejarah

Perang Tak Seimbang dan Penaklukan Mekah

Laskar musuh berjumlah 200 ribu prajurit berhadapan dengan 3.000 pasukan muslimin. Perang pun tak terelakkan lagi. Ja’far bin Abu Talib bertempur dengan gagah berani hingga darah penghabisan. Ia gugur sebagai syahid.  Pucuk komando segera diambil Zaid bin Haritsah. Zaid pun bertempur dengan gagah berani.

Namun, ia pun gugur sebagai syahid. Setelah gugurnya Zaid, Pasukan muslimin dipimpin Abdullah bin Rawahah yang juga berakhir dengan kesyahidannya.

Dengan gugurnya para komandan mereka yang gagah berani itu, kaum muslimin segera memilih Khalid bin Walid untuk memimpin pasukan. Khalid segera menarik dan menyelamatkan pasukannya dari medan tempur.

Sore harinya, Khalid merencanakan penarikan seluruh pasukan dari medan tempur dan memimpin mereka bergerak kembali ke Madinah.

Penarikan mundur pasukan muslimin dari medan tempur Mu’tah telah membuat kafir Quraisy kian brutal. Mereka pikir kaum muslimin telah kehilangan semangat dan kekuatan tempur. Karena itu, mereka mengkhianati perjanjian Hudaibiyah. Dengan bantuan para sekutunya, mereka menyerang dan membunuh banyak muslimin dari Bani Thaif.

Abu Sufyan tahu betul bahwa kaum muslimin tidak akan tinggal diam dan akan segera merespon pengkhianatan ini. Abu Sufyan pun berharap bisa bertemu dengan Rasulullah saw di Madinah dan meminta maaf atas kebrutalan tersebut.

Masih di hadapan Rasulullah saw, Abu Sufyan meminta beliau tetap mau memegang perjanjian Hudaibiyah. Namun, beliau menolak permintaan itu, sehingga Abu Sufyan kembali ke Mekah dengan penuh ketakutan.

Rasulullah saw segera memerintahkan pasukannya bersiaga. Sebanyak 10 ribu laskar muslimin menyatakan siap mengambil bagian dalam peperangan berikutnya. Beliau menugaskan sejumlah prajurit berjaga-jaga di sekeliling kota untuk mencegah siapa saja yang hendak meninggalkan kota dan meyebarkan berita ke tengah kafir Quraisy perihal itu.

Namun, seorang pengkhianat keji bernama Hatib membocorkannya kepada kaum musyrik Mekah. Niat busuknya segera diketahui. Surat yang berisi bocoran tentang persiapan pauskan muslimin berhasil digeledah. Rasulullah saw memerintahkan seluruh muslimin untuk melakukan boikot massal terhadap Hathib.

Pada hari ke-10 Ramadhan tahun ke-8 H, Rasulullah saw memerintahkan pasukannya dan sebagian muslimin untuk bergerak cepat. Seluruh muslimin yang menyertai beliau mendirikan tenda di dekat Mekah.

Rasulullah saw memberi komando kepada pasukan muslimin untuk berpencar pada malam hari dan menyalakan api unggun di mana-mana. Pihak musuh berpikir bahwa pasukan dalam jumlah besar telah tiba dari Madinah. Musuh pun ketakutan. Mereka menyangka pasukan muslimin dalam jumlah gigantis akan menyerang.

Dari sana, Abu Sufyan menjumpai Abbas bin Abdul Muthalib untuk meminta pendapatnya. Dengan maksud berdamai, Abbas membawanya menemui Rasulullah saw. Demi kemaslahatan dan kejayaan Islam, Rasulullah saw mengatakan kepada Abu Sufyan agar meyakinkan penduduk Mekah, bahwa siapa saja yang mencari perlindungan hendaknya memasuki rumah Abu Sufyan.

Setelah mendengar pandangan Rasulullah saw, ia bergegas kembali ke Mekah dengan membawa grasi dari beliau. Sesampainya di Mekah, Abu Sufyan mengingatkan warga kota bahwa kaum muslimin akan datang dengan pasukan gigantis. Demi menghindari pertumpahan darah, mereka disarankan untuk menyerah dan membiarkan pasukan muslimin memasuki Mekah. Akhirnya kota Mekah dapat dikuasai dengan damai tanpa pertumpahan darah.

Majma Jahani Ahlul Bait, Seri Manusia-manusia Suci, Nabi Muhammad saw

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *