Ikuti Kami Di Medsos

Sejarah

Perang Khaibar

Perang Khaibar

Perang Khaibar

Pada awal bulan Rabiul Awal tahun ke-7 Hijriah, Rasulullah saw beserta 1.600 muslimin bertolak dari Madinah menuju Khaibar. Laskar Islam di bawah komandan beliau menyerang musuh dengan tiba-tiba dan dengan mudah merebut tanah Raji’ yang terletak di antara Khaibar dan Ghatafan.

Laskar Islam mengepung benteng Khaibar pada malam hari. Mereka mengambil posisi di tempat strategis yang tersembunyi di balik tanaman palem. Dengan mudah mereka menguasai lembah Khaibar. Kemudahan ini berkat keberanian dan ketulusan mereka dalam berkorban.

Namun pasukan muslimin gagal menaklukan benteng Khaibar. Melihat itu, Rasulullah saw bersabda, “Besok akan kuberikan bendera Islam ini kepada orang yang hanya kembali bila benteng pertahanan Yahudi itu telah dikuasai.”

Pagi harinya, Rasulullah saw memanggil Imam Ali as. Beliau menyerahkan bendera Islam itu kepadanya dan menugaskannya menaklukkan benteng Khaibar. Rasulullah saw  berdoa untuk kesuksesan Imam Ali as.

Imam Ali as menerima tugas ini dengan penuh semangat. Ia bersama pasukannya bergerak mendekati pintu gerbang Khaibar. Pintu gerbang itu dijaga dua saudara yang gagah berani, Haris dan Marhab. Mereka menyerang pasukan muslimin dengan garang.

Baca juga : Bulan Ramadhan, Bulan Allah

Sebagai komandan perang, Imam Ali as segera menghadang kedua bersaudara itu. Dengan kegagahan dan keperkasaannya, beliau mampu menghempaskan kedua orang Yahudi itu.

Kematian kedua pendekarnya membuat orang-orang Yahudi yang berada di balik benteng ketakutan dan panik. Mereka buru-buru menutup pintu gerbang dan bersembunyi di baliknya. Pasukan muslimin yang tadinya kocar-kacir melarikan diri, setelah melihat keunggulan Imam Ali as, segera kembali dan bersiaga di belakang sang komandan. Imam Ali as maju mendekati pintu gerbang Khaibar lalu mencabut dan mengangkat gerbang benteng yang sangat besar dan berat itu.

Tentang kekuatannya, Imam Ali as menuturkan, “Aku tidak mampu menjebol gerbang itu dengan kekuatan manusia biasa. Tapi aku melakukannya dengan kekuatan Allah Swt.”

Akhirnya, pasukan muslimin berhasil menguasai seluruh benteng di sekitar Khaibar dan mengalahkan pasukan Yahudi. Sisa-sisa pasukan Yahudi memohon kepada Rasulullah saw untuk diperbolehkan tinggal. Mereka ingin tetap mengolah tanah di situ untuk pertanian dan perkebunan. Mereka berjanji akan menyumbangkan setengah dari hasil panennya kepada kaum muslimin. Beliau mengabulkan permohonan itu.

Majma Jahani Ahlul Bait, Seri Manusia-manusia Suci, Nabi Muhammad saw

Baca juga : Imam Hasan Askari Berpuasa saat di Penjara