Internasional
Suriah: “AS Bajak Laut Menjarah Minyak Kami”
Menteri Perminyakan Suriah mengutuk pasukan AS karena bertindak “seperti bajak laut”. Washington terus menjarah sebagian besar kekayaan minyak dari timur laut negara yang kaya sumberdaya itu, tempat Pentagon mendukung kelompok milisi Kurdi.
“Amerika dan sekutunya menargetkan kekayaan minyak Suriah dan kapal tankernya seperti bajak laut,” Menteri Perminyakan dan Sumberdaya Mineral, Bassam Tomeh mengatakan kepada TV pemerintah minggu ini. Ia menambahkan bahwa langkah tersebut dirancang untuk melumpuhkan ekonomi Suriah, yang bergantung pada pendapatan minyak, seperti dilansir RTnews.
“Apa yang telah terjadi selama [perang] Suriah tidak terjadi di negara mana pun, dalam hal mencegah kami memanfaatkan sumber kekayaan kami dan pada saat yang sama menghentikan komoditas dasar negara kami.”
Tomeh mengatakan bahwa total kerusakan yang ditimbulkan pada sektor perminyakan Suriah akibat pendudukan AS lebih dari $ 92 miliar atau sekitar 1.322 Triliun Rupiah. Bahkan kini Washington telah mengendalikan 90 persen sumberdaya minyak mentah di wilayah timur laut Suriah.
Dalam wawancara bulan lalu dengan surat kabar Lebanon, al-Akhbar, gubernur provinsi Hasakah timur laut, Ghassan Khalil, mengatakan bahwa militan Kurdi yang didukung AS mencuri 140 ribu barel minyak mentah setiap hari dari ladang di daerah itu. Ia mengklaim para teroris kemudian menggunakan kapal tanker untuk menyelundupkan minyak melintasi perbatasan ke Irak.
Setidaknya sejak 2015, Pentagon telah menawarkan dukungan langsung kepada Pasukan Demokrat Suriah (SDF), faksi yang didominasi Kurdi yang mengontrol wilayah signifikan di timur laut. AS sendiri mempertahankan kekuatan sekitar 900 tentara di negara itu, sebagian besar ditempatkan di samping SDF.
Sementara para pejabat AS bersikukuh bahwa kehadiran serdadunya di Suriah, yang ilegal menurut hukum internasional, dimaksudkan untuk mencegah kebangkitan kembali Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS). Faktanya, mantan Presiden Donald Trump sering berbicara terus terang tentang keinginan untuk merebut kekayaan minyak negara itu.
“Kami menyimpan minyaknya–ingat itu,” kata Trump pada Oktober 2019. “Saya selalu mengatakan bahwa, ‘Simpan minyaknya.’ Kami ingin menyimpan minyaknya. Empat puluh lima juta dolar sebulan? Simpan minyaknya. ”
Menurut Politico dan outlet lainnya, pada tahun lalu, rezim Trump memfasilitasi kesepakatan antara SDF dan perusahaan minyak Amerika bernama Delta Crescent Energy. Perusahaan ini dipimpin mantan duta besar AS untuk Denmark, James Cain, serta pensiunan perwira elit Angkatan Darat Delta Force dan mantan eksekutif perminyakan Inggris.
Suriah terus menyatakan protesnya terhadap penjarahan ladang minyak, Damaskus mengecam keras perjanjian itu dengan menyebut kontrak itu “batal demi hukum.”
Perang selama satu dekade sangat merugikan minyak Suriah, sebagai akibat pendudukan Amerika yang berkelanjutan. Menurut laporan British Petroleum, produksi minyak Suriah secara keseluruhan turun lebih dari 90 persen antara 2011 dan 2019, atau dari 353.000 barel per hari menjadi hanya 24.000.