Kajian Islam
Kebenaran Menurut Doktrin Rasional
Dalam pandangan kaum rasionalis, pengetahuan manusia dibagi menjadi dua jenis. Salah satunya adalah pengetahuan niscaya atau pengetahuan intuitif. Yang kami maksud dengan “niscaya” di sini adalah jiwa itu niscaya menerima proposisi tertentu tanpa membutuhkan bukti atau pembuktian apapun bagi logismenya. Sebaliknya, jiwa menemukan dalam sifatnya sendiri perlunya untuk meyakini tanpa membutuhkan bukti atau konfirmasi apapun. Ini dicontohkan dalam keyakinan jiwa atau pengetahuan tentang proposisi berikut ini, “Tidak benar bahwa pengingkaran dan penetapan adalah hal yang sama [pada waktu yang sama]”, “sesuatu yang memiliki asal, tidak ada tanpa sebab”, “kualitas yang bertentangan tidak selaras dalam subjek yang sama”, “keseluruhan itu lebih besar dari sebagian”, “satu itu setengah dari dua”.
Hal sama juga berlaku bagi proposisi filosofis dan saintifik. Ketika proposisi-proposisi semacam ini dipresentasikan pada jiwa, maka jiwa tidak mencapai penilaian mengenainya, kecuali setelah meninjau ulang informasi lain. Karena itu, pengetahuan teoretis bergantung pada pengetahuan primer yang diperlukan. Maka, jika pengetahuan primer ini dihilangkan dari pikiran, manusia tidak akan mampu sama sekali mencapai pengetahuan teoretis apapun, sebagaimana akan kami tunjukkan nanti.
Dengan demikian, doktrin rasional menunjukkan bahwa batu pijakan pengetahuan adalah informasi primer.
Operasi yang dilalui seseorang untuk menurunkan pengetahuan teoretis dari pengetahuan sebelumnya adalah operasi yang kita sebut “pemikiran” atau “berpikir”. Berpikir adalah upaya yang dilakukan otak dengan tujuan memperoleh tasdik (afirmasi) baru atau pengetahuan baru dari sebagian pengetahuan terdahulu. Artinya, ketika seorang manusia mencoba mengetahui suatu masalah baru, seperti asal-usul materi untuk mengetahui apakah materi itu memiliki asal ataukah tidak, ia memiliki dua hal untuk dipertimbangkan. Salah satunya adalah sifat khusus, yaitu asal-usul. Yang lainnya adalah sesuatu yang mencari aktualisasi dengan cara memperoleh sifat tersebut–sesuatu itu adalah “materi”.
lnilah bagaimana pikiran mampu menarik suatu hubungan antara asal-usul dengan materi–hubungan ini adalah gerak materi. Gerak inilah yang membuat kita percaya bahwa materi itu memiliki asal usul karena kita tahu bahwa segala sesuatu yang bergerak itu memiliki asal usul.
Dari sini, doktrin rasional menyatakan bahwa relasi kausal dalam pengetahuan manusia berada di antara sebagian informasi dengan sebagian informasi lain karena semua pengetahuan hanya dihasilkan oleh pengetahuan sebelumnya. Hal sama berlaku bagi pengetahuan sebelumnya (dan sebagainya hingga rangkaian progresif mencapai pengetahuan rasional primer yang tidak muncul dari pengetahuan sebelumnya). Dengan alasan ini, pengetahuan primer dianggap [sebagai]sebab primer pengetahuan.
Ayatullah Baqir Shadr, Falsafatuna