Internasional
Tentara AS Menangis Saat Dihujani Rudal Iran
“HI buddy, jika kau melihat video ini, sesuatu yang buruk terjadi kepada ayah, jadi ayah ingin kamu kuat, oke? Untuk istriku, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku tahu dalam hatiku aku mencintaimu. Oke bye buddy.”
Begitulah pesan Mayor Angkatan Darat Amerika Serikat, Alan Johnson yang sambil menangis merekam pesan perpisahannya dengan harapan anak serta istrinya melihat pesan itu. Pesan dibuat pada 7 Januari 2020, sekitar pukul 20.00 waktu setempat di Pangkalan Udara Ain al-Asad Irak, seperti dalam video tayangan 60 Minutes.
Mayor Johnson membuat pesan itu setelah mendapat informasi perwira intelijen militer AS bahwa Iran sedang memperisapkan rudal-rudal balistik jarak menengahnya untuk menghancurkan Pangkalan Udara al-Asad.
Johnson menempati pangkalan itu bersama sekitar hampir 2.000 pasukan AS, baik pria maupun wanita.
Beberapa jam kemudian, 11 rudal balistik dengan hulu ledak kovensional dengan masing-masing seberat lebih dari 1.000 pon mulai menghujani pangkalan AS itu. Serangan itu merupakan balasan atas serangan pesawat tak berawak AS yang membunuh jenderal utama Iran, Syahid Qassem Soleimani.
Serangan itu juga merupakan serangan rudal balistik terbesar yang dilancarkan terhadap Amerika serikat sejak Perang Dunia II usai.
“Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan jumlah energi yang dilepaskan rudal-rudal itu,” kata Mayor Johnson dalam program 60 Minutes yang berdurasi 13 menit itu, seperti dilansir CBS News, Senin (1/3).
“(itu) membuat saya tak sadarkan diri. (Saya) kehilangan total pendengaran saya, merasa seperti di bawah air… diikuti bau ammonia menyengat… debu yang menyapu bungker (dan) menempel di gigi.”
Johnson menceritakan kepada 60 Minutes bahwa dirinya selamat dari pemboman setelah berlindung di sebuah bungker yang dibangun untuk menahan amunisi seberat 60 pon.
Masih dalam program yang sama, Mayor Angkatan Darat Robert Hales mengatakan bahwa serangan itu “seperti terjadi di film-film fiksi ilmiah”. Ketika pengeboman terjadi, ia berlindung dalam kendaraan lapis baja yang berada di luar pangkalan dan dihantui ketakutan akan menemukan ratusan rekan pasukannya tewas.
“Sejujurnya saya berpikir bahwa ketika saya kembali setelah serangan selesai, hanya akan melihat korban massal di seluruh pangkalan,” ujar Hales.
Tak ada laporan bahwa pasukan AS tewas akibat serangan itu. Namun beberapa hari kemudian jelas bahwa serangan itu telah menimbulkan korban massal. Lebih dari 100 tentara pria dan wanita AS didiagnosis cedera otak traumatis yang disebabkan gegar otak aikbat serangan itu.
Mayor Hales mengaku tak banyak tahu tentang trauma otak akibat serangan rudal balistik sebesar itu. Sebagian karena peristiwa seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya.
“Belum banyak studi dengan tingkat gelombang perkusi ini, dengan tekanan berlebihan dan tekanan negatif yang segera menyusul berulang kali,” ujar Hales tentang serangan rudal Iran.
“Serangan rudal ini begitu unik dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.”
Setelah setahun berlalu, efek samping dari ledakan rudal itu masih dirasakan beberapa tentara yang berada di Pangkalan al-Asad.
Sejumlah pasukan yang berada di pangkalan itu mengaku masih merasakan sakit kepala usai serangan rudal Iran itu, termasuk Mayor Alan Johnson.
Johnson sempat dievakuasi dari Irak ke pusat medis di Jerman untuk menjalani terapi fisik dan wicara. Ia dilaporkan masih merasakan sakit kepala setiap hari, telinga berdenging, dan gangguan stress pasca trauma.