Berita
Indojalito Peduli: Safari Penyelamatan Moral Remaja di Ranah Minang
Cinta pada tanah kelahiran adalah hal manusiawi. Mendapati tanah kelahiran yang dulu sangat menjunjung tinggi norma-norma susila, tapi kini mulai berubah drastis, tentu akan membuat para pecinta tanah kelahiran menangis. Begitu pun dengan organisasi Indojalito Peduli (IJP).
Organisasi beranggotakan 150-an ibu-ibu asli Minangkabau yang terbentuk 13 tahun lalu ini, merasa cemas saat mendapat kabar tentang tingginya angka seks bebas, perzinahan dan juga narkoba di kalangan remaja ranah Minang. Setelah berkonsultasi dengan sejumlah pejabat setempat, ibu-ibu Indojalito Peduli pun memutuskan untuk berbuat sesuatu bagi tanah kelahiran mereka.
Dipimpin Astri Asgani yang biasa dipanggil Uni At, Indojalito Peduli (IJP) melakukan safari dakwah ditemani Ustad Hassan Alaydrus ke sejumlah tempat di tanah Minang sekaligus membagikan ribuan Al-Qur’an kepada warga tidak mampu. Perjalanan tausiyah keliling itu berlangsung sejak tanggal 14 hingga 17 Mei 2014.
“Acara bagi-bagi Al-Quran itu adalah masukan dari kepala daerah, yang masih melihat banyaknya keluarga miskin dan belum mampu membeli Al-Qur’an,” ungkap Uni At, saat ABI Press temui di rumahnya, di wilayah Bintaro, Jakarta Selatan.
Menurutnya, ada banyak faktor yang mengakibatkan merosotnya moral para remaja. Di antaranya adalah pengaruh dari luar, mulai dari tontonan televisi yang tidak mendidik hingga penggunaan internet yang kurang bijak. Di sinilah peran Ustad Hasan dalam perjalanan ini, memberikan motivasi dan tausyiah kepada para remaja agar mereka terselamatkan dari ancaman kerusakan moral yang semakin mengerikan.
“Tanah yang dikenal sebagai Adat bersandingkan Syara’, Syara’ bersandingkan Kitabullah itu telah bergeser,” keluh Ustad Hasan, kepada ABI Press, di kantornya, kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Indojalito Peduli
IJP dan Ustad Hasan Alaydrus selama empat hari berkeliling ke enam wilayah di Sumatera Barat. Di setiap tempat ibu-ibu IJP tak pernah lelah terus mengingatkan agar para remaja meningkatkan moralitas mereka dan menjaga tanah Minang sebagai salah satu tanah basis kaum Muslimin.
Selain ribuan Al-Quran, IJP juga membagikan sembako dan bantuan lain yang dibutuhkan oleh warga miskin di Sumbar. Tak hanya tausyiah, di setiap tempat yang mereka singgahi juga diadakan kegiatan dan lomba-lomba keagamaan bagi para siswa SMA di wilayah tersebut.
Berikut ini di antara rangkaian agenda acara safari IJP selama empat hari di beberapa tempat di ranah Minang yang ditemani para tokoh dan pejabat setempat di sana. Di SMA 10 kota Padang, diikuti para pelajar, wali murid, Kepala Dinas Pendidikan, dan Pemda Padang. Di masjid Akbar kabupaten Pesisir Selatan, bersama para pelajar SMP dan SMA serta Bupati Nasrul Abit. Di Balai Rakyat kota Tanah Datar Batu Sangkar, bersama Bupati Sadiq Paladigu. Di Masjid Jami’ Si Junjung, juga bersama Bupati Nasrul Abit. Di rumah Wakil Bupati Lima Puluh Kota dekat Payakumbuh, bersama Bupati Arifin, dan para camat. Di Masjid Besar Pariyaman, bersama Bupati Ali Muqri.
“Ini kan wujud kepedulian kami ke daerah, apa yang bisa kami perbuat untuk tanah kelahiran, ya kami lakukan,” ujar Uni At. Menurutnya, apa yang dilakukan IJP kali ini bukanlah yang pertama. Setiap tahun IJP selalu membantu para dhuafa di Sumatera Barat. “Bulan puasa tahun lalu, kita membagikan sumbangan 650 juta untuk kaum dhuafa di Sumatera Barat,” tambahnya.
Indojalito sendiri adalah nama seorang permaisuri raja di kerajaan Pagaruyung yang mempunyai anak Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan. Dari merekalah lahir dua suku di Minangkabau, suku Chaniago dan Piliang. Kedua suku ini dikenal sebagai pelopor dan peletak demokrasi pertama kali di tanah Minang hingga sekarang. Artinya, kehidupan demokratis rakyat Minang saat ini diakui berasal dari peran besar kedua suku itu.
Konon Indojalito adalah permaisuri raja yang berwajah cantik, berbudi baik dan bijaksana. Tak heran darinya lahir anak-anak yang hidupnya berhasil dan berguna bagi masyarakat dan bangsanya. Dengan meneladani karakter positif itulah organisasi Indo Jalito Peduli berharap dapat membimbing dan mendidik para remaja di tanah Minang menjadi generasi yang pandai dan bermanfaat dalam segala hal. Apalagi sudah sekian lama ranah Minang tidak melahirkan kembali tokoh agama terkemuka seperti di masa silam.
“Suatu saat mungkin akan ada para ustad keliling yang akan memberi tausyiah kepada anak-anak remaja dengan gaya remaja pula,” harap Uni At.
Sementara itu Ustad Hasan Daliel berharap agar IJP mampu melebarkan sayapnya membantu tempat-tempat lain selain Sumatera Barat. Sebab menurutnya, kemerosotan mental yang terjadi di Sumatera Barat, juga dialami oleh wilayah-wilayah lain di Indonesia. “Karena apa yang terjadi di ranah Minang memang terjadi juga di tempat lain. Inilah cerita tentang kemerosotan moral, kisah tentang negeri kita yang sedang sakit, yang mesti segera diobati dan disembuhkan,” pungkasnya. (Lutfi/Yudhi)