Akidah
Al-Quran dan Kebutuhan Materi Ruhani Manusia
Mazhab Syiah meyakini bahwa segala kebutuhan manusia, baik materi ataupun ruhani, prinsip-prinsip dasarnya telah dijelaskan oleh al-Quran. Al-Quran telah menjelaskan pokok-pokok pikiran tentang politik dan pemerintahan, hubungan antar masyarakat, prinsip-prinsip pergaulan, perang, damai, hukum, ekonomi, dan sebagainya, yang jika diterapkan pasti akan membawa kesejahteraan dalam kehidupan manusia.
Dan sesungguhnya Kami telah turunkan al-Quran sebagai pelajaran bagi segala sesuatu, petunjuk rahmat dan pembawa kabar gembira bagi orang-orang Islam. (QS. an-Nahl: 89)
Karena itu, Mazhab Syiah yakin bahwa Islam selamanya tidak dapat dipisahkan dari masalah pemerintahan dan politik. Bahkan menyeru pemeluknya agar memegang kendali urusan mereka sendiri agar dapat menghidupkan nilai-nilai Islam yang tinggi dan mendirikan masyarakat Islami, yang menegakkan keadilan sejati, terhadap kawan maupun lawan.
Hai orang-orang yang beriman, jadilah penegak-penegak keadilan dan saksi-saksi untuk Allah atau pun atas dirimu sendiri, kedua orangtua, atau keluarga dekat. (QS. an-Nisa: 135)
Dan jangan sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum mendorongmu untuk tidak berlaku adil. Berlakulah adil, sesungguhnya keadilan itu lebih dekat kepada takwa. (QS. al-Maidah: 8)
Mazhab Syiah juga meyakini bahwa membaca al-Quran merupakan salah satu ibadah paling utama di antara ibadah-ibadah lainnya. Sebab, membaca al-Quran dapat membantu pembacanya melakukan telaah dan kajian terhadap al-Quran. Sedangkan telaah dan kajian itu sendiri merupakan sumber amal saleh. Allah menyeru Nabi-Nya:
Bangunlah pada malam hari kecuali sedikit, yaitu separuhnya atau kurangi sedikit, atau tambahkan sedikit, dan bacalah al-Quran secara tartil. (QS. al-Muzammil: 2-4)
Allah Swt menyeru seluruh muslimin: Bacalah apa yang mudah dari al-Quran. (QS. al-Muzammil: 20)
Akan tetapi, seperti yang telah kami singgung di atas, bacaan tersebut harus dapat mengantarkannya melakukan telaah dan kajian terhadap al-Quran, baik terhadap makna maupun kandungannya, kemudian menjadikannya mukadimah bagi pengamalan al-Quran.
Apakah mereka tidak menelaah al Quran? Ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad: 24)
Dan Kami telah permudah al-Quran untuk pelajaran, maka apakah ada yang mau mengambil pelajaran? (QS. al-Qamar: 17)
Dan ini adalah kitab yang Kami turunkan, penuh berkah, maka ikutilah ia. (QS. al-An’am: 155)
Maka, orang-orang yang membatasi diri pada bacaan dan hafalan saja dan tidak mengikutinya demgan pengkajian dan pengamalannya sungguh rugi besar, karena betapa pun ia telah mengamalkan salah satu di antara tiga rukun utama, namun sesungguhnya telah menyia-nyiakan dua rukun lainnya yang lebih utama.
Ayatullah Nasir Makarim Syirazi, Inilah Akidah Kami