Nasional
Ditinggal AS, Rezim Monarki Saudi Umumkan Agresi Militer ke Yaman Tetap Berlanjut
Meski Amerika Serikat telah memutuskan untuk mengakhiri dukungannya atas serangan militer ke Yaman, namun rezim Arab Saudi kepalang basah dan mengumumkan bahwa kerajaan kkan Saud itu akan melajutkan agresi ilegalnya ke Yaman.
Pernyataan itu disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi Pangeran Khalid Bin Salman sebagai tanggapan atas keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengakhiri dukungan AS terhadap agresi militer kerajaan itu ke Yaman, seperti dilaporkan ABNA.
Bin Salman mengklaim, “Kami berharap dapat terus bekerja dengan mitra Amerika kami untuk meringankan situasi kemanusiaan dan menemukan solusi untuk krisis Yaman.”
Menurut kantor berita Anadolu, Bin Salman juga menegaskan kembali komitmen kerajaan untuk mendukung upaya diplomatik guna mencapai penyelesaian komprehensif di Yaman berdasarkan inisiatif negara-negara Teluk Arab Persia, Resolusi Dewan Keamanan PBB (PBB) 2216, dan hasil dari dialog nasional Yaman.
Sementara Kelompok hak asasi manusia justru menuding rezim Saudi sebagai biang krisis kemanusiaan di Yaman. Mereka mengutuk pembantaian berkelanjutan terhadap warga Yaman oleh koalisi yang dipimpin rezim monarki Saudi, terutama terhadap perempuan dan anak-anak, serta pengepungan yang terus berlanjut di negara itu.
Sejak pembentukan Koalisi agresor Arab pimpinan rezim monarki Saudi pada 2015, AS telah menawarkan dukungan militer, intelijen, dan logistik pada koalisi tersebut. Menurut catatan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, agresi monarki Saudi ke Yaman telah merenggut nyawa 233 ribu warga Yaman.