Ikuti Kami Di Medsos

Kisah

Peran Sayyidah Fathimah dalam Perang Uhud

Setahun pasca Perang Badar, pecahlah Perang Uhud. Dalam pertempuran ini, 70 sahabat Nabi yang terkemuka gugur sebagai syahid. Di antaranya Hamzah, paman Nabi dan pahlawan yang mulia. Dalam pertempuran ini, Nabi saw terluka terkena dua bongkah batu di dahi dan mulut beliau. Akibat cedera ini, Nabi saw kehilangan sejumlah gigi dan darah membasahi janggut beliau. Saat itulah, Setan berteriak hingga terdengar oleh semua Muslim. Ia berkata, “Muhammad telah terbunuh.”

Kejadian itu menciptakan kekacauan di kalangan Muslim, dan banyak orang, kecuali yang benar-benar beriman dan bersama Nabi saw. Sementara yang lainnya meninggalkan medan tempur. Kebingungan pun menggelayuti keluarga-keluarga Muslim yang tinggal di Madinah.

Shafiyyah binti Abdul Muththalib, bibi Nabi, mengiringi Fathimah Zahra as ke Uhud. Ketika mendengar cedera ayahnya, Fathimah as mulai menangis dan kaum perempuan bani Hasyim bergegas membantunya. Kedatangan Fathimah as di medan tempur bersamaan dengan pemeriksaan pasukan oleh Nabi saw, untuk mencari tahu, berapa banyak yang gugur syahid dan cedera. Saat mencapai Hamzah, beliau saw menemukannya dalam keadaan menyedihkan yang tak terbayangkan. Kaum kafir telah menceraiberaikan tubuhnya. Mereka memotong jari-jemari, tangan, kaki, hidung, dan daun telinganya, serta merobek perutnya untuk mengeluarkan hatinya. Mereka juga memotong kelaminnya dan meninggalkannya dalam keadaan demikian.

Keadaan tubuh Hamzah yang rusak mencipta kesedihan dan kegetiran di hati Nabi saw. Kaum kafir melakukan cara-cara buruk seperti mutilasi, terhadap pendukung Rasulullah saw yang teguh dan setia. Sementara Nabi saw terbenam dalam kesedihan lantaran musibah ini, bibinya dan Fathimah as bergegas ke tempat itu. Seketika setelah melihat mereka, Nabi saw menutupi tubuh Hamzah dengan salah satu pakaiannya.

Shafiyyah dan Fathimah as tiba dan mulai menangis serta mengutuk kaum kafir atas kejahatan mereka. Mereka melihat dahi Nabi saw terluka parah dan darah membeku di wajah dan janggutya; segera saja Fathimah Zahra as membersihkan wajah beliau dan berkata, “Hukuman Allah akan berat bagi ia yang menyebabkan wajah Rasul berdarah.”

Imam Ali menuangkan air ke wajah Nabi saw, namun itu tak menghentikan pendarahan. Lalu Sayyidah Fathimah membakar beberapa utas tali dan memupurkan abunya ke luka itu, yang menyebabkan perdarahan berhenti.

Sayyidah Fathimah as melewati momen itu dengan kesedihan dan kecemasan besar. Ia seorang putri yang percaya dan setia pada ayahnya. Saat kembali ke Madinah, Imam Ali as memberikan pedangnya pada Sayyidah Fathimah dan berkata, “Ambillah pedang ini, Fathimah. Sungguh pedang ini telah membuktikan diri sebagai yang paling handal sekarang ini.”

Nabi saw menambahkan, “Ambillah Fathimah, karena sungguh suamimu telah sepenuhnya melakukan kewajibannya. Allah membunuh para pahlawan (kafir) Arab lewat tangannya.”

Pertolongan Sayyidah Fathimah pada ayahnya tidak berarti ia bekerja sebagai jururawat di medan perang, sekalipun beberapa penulis menganggap kisah ini sebagai bukti bahwa Fathimah adalah jururawat di medan perang.

Abu Muhammad Ordoni, Fathimah Buah Cinta Rasulullah saw Sosok Sempurna Wanita Surga

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *