Sejarah
Kelahiran Bayi Penuh Berkah, Fathimah Zahra (2/2)
Di antara nama-nama yang menonjol adalah nama Zahra, yang memiliki makna tertentu. Imam Ja’far Shadiq pernah ditanya, “Mengapa Fathimah dinamakan dengan Zahra?” Beliau menjawab, “Sebab, kata Zahra berarti cahaya. Tatkala Sayyidah Fathimah berdiri di mihrab ibadah, dari dirinya memancar cahaya yang menerangi penghuni langit, sebagaimana bintang-gemintang menerangi penduduk bumi. Atas dasar ini, beliau dinamakan Zahra.”
Pernikahan Sayyidah Khadijah Kubra dengan Rasulullah saw menyebabkan wanita-wanita Mekah menjauh dan memutuskan hubungan dengannya. Mereka mencari-cari alasan, seraya berkata, “Sesungguhnya ia (Khadijah) telah merendahkan dirinya sendiri dan meruntuhkan martabatnya dengan cara menikahi pemuda miskin dan yatim. Kondisi seperti itu terus berlangsung hingga Sayyidah Khadijah mengandung. Tidak ada yang dapat menghibur hati Sayyidah Khadijah, kecuali Sayyidah Fathimah Zahra yang masih dalam rahim.
Ketika waktu kelahiran tiba, Sayyidah Khadijah meminta wanita-wanita Quraisy untuk menemaninya, di saat-saat proses kelahiran. Namun, mereka memberikan jawaban yang menyakitkan, seraya berkata, “Engkau tidak mendengarkan perkataan kami dan tetap menikahi pemuda yatim Abi Thalib yang miskin. Jadi, kami tidak sudi memberikan bantuan kepadamu.”
Sayyidah Khadijah sangat sedih mendengar jawaban menyakitkan itu. Namun, cahaya harapan memancar dari kedalaman jiwanya, sebagai buah dari keimanannya kepada Allah. Tibalah masa kelahiran yang sulit. Sayyidah Khadijah sendirian di rumah, bahkan sang pembantu tidak di sampingnya. Hatinya menjadi sedih dan pilu
Tiba-tiba, jiwanya memancarkan cahaya dan kedua matanya terbuka, tatkala menyaksikan empat orang wanita telah mengelilinginya. Salah seorang di antara empat wanita itu berkata, “Saya adalah Sarah (isteri Nabi Ibrahim) Ini adalah Asiyah binti Muzahim, isteri Firaun, dan ia adalah temanmu kelak di surga, yaitu Maryam binti Imran (bu Nabi Isa as) dan wanita yang keempat ini adalah Kultsum, puteri Nabi Musa bin Imran. Kami datang untuk membantumu dalam proses kelahiran.”
Sayyidah Khadijah menuturkan, “Kemudian, aku melahirkan Fathimah, dan bayi itu bersujud di atas tanah, seraya mengangkat jemarinya.”
Peristiwa itu merupakan manifestasi dari ayat: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. (QS. Fushshilat: 30)
Di situ, di samping malaikat, arwah perempuan-perempuan suci menjelma dalam bentuk manusia dan bergegas membantu Sayyidah Khadijah, wanita beriman nan jujur. Bayi suci itu telah membahagiakan jiwa Rasulullah saw. Secara abadi, Tuhan Sang Pencipta telah memuji Nabi-Nya dan mencela orang yang telahmenghina Rasulullah saw. Allah Swt menyampaikan berita gembira kepada Nabi-Nya yang mulia dengan firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang yang membenci kamu ialah yang terputus (keturunannya). (QS. al-Kautsar: 1-3)
Nashir Makarim Syirazi, Wanita Agung Fathimah Zahra