Akidah
Imam dalam al-Quran
(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat dengan imamnya (pemimpin) dan barangsiapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka akan membaca catatannya (dengan baik), dan mereka tidak akan dirugikan sedikit pun. Dan barangsiapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat ia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar). (QS. al-Isra: 71-72)
Melalui frasa كُلَّ اُنَاسٍۢ (setiap manusia), ayat ini dengan jelas menerangkan bahwa setiap kelompok manusia pada masa tertentu memiliki pemimpin tertentu yang menyeru pada hari kiamat. Pemimpin tersebut menjadi hujjah atas mereka dan menjadi saksi bagi mereka kelak di hari perhitungan dan juga mengandung makna hujjah. Lalu siapa imam yang dimaksud ayat tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan itu, sepatutnya merujuk kembali pada istilah-istilah yang digunakan dalam al-Quran itu sendiri agar lebih diketahui makna yang diinginkan dari ayat tersebut. Dengan demikian, kita mendapatkan petunjuk untuk mengetahui makna yang sesuai dan sebenarnya dalam konteks ayat tersebut. Kata imam dalam al-Quran digunakan bagi orang yang dikuti oleh banyak orang. Ada dua bentuk imam yang digunakan dalam al-Quran dan tidak ada bentuk ketiga.
Bentuk pertama adalah imam yang ditetapkan Allah Swt, yang memberi petunjuk pada seluruh ciptaan-Nya untuk kembali pada Allah dan atas perintah-Nya. Inj seperti dijelaskan dalam beberapa ayat di antaranya.
Dan Kami jadikan mereka aimmah (para pemimpin) yang memberi petunjuk atas perintah Kami. (QS. al-Anbiya: 73)
Sungguh Kami telah menjadikanmu sebagai imam bagi manusia. (QS. al-Baqarah: 124)
Dan Kami ingin memberikan pada orang-orang yang tertindas di bumi ini dan akan Kami jadikan mereka aimmah (para pemimpin) dan Kami jadikan mereka para pewaris. (QS. al-Qashash: 5)
Dan Kami jadikan seorang imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs. al-Furqan: 74)
Seluruh ayat tersebut menyatakan bahwa seorang imam ditetapkan langsung oleh Allah Swt.
Adapun bentuk kedua adalah sosok yang dikuti dalam kesesatan sebagaimana difirmankan Allah Swt: Dan perangilah pemimpin-pemimpin kekafiran (aimmatal kufri). (QS. at-Taubah: 12)
Dan Kami jadikan mereka aimmah (para pemimpin) yang menyeru pada neraka dan pada hari kiamat mereka tidak mendapat pertolongan. (QS. al-Qashash: 41)
Inilah makna yang digunakan pada sosok-sosok tertentu dalam al-Quran. Adapun penggunaan pada selain pribadi, terkadang digunakan pada dua makna dan dalam bentuk tunggal. Sementara, makna yang disebutkan sebelumnya terkadang menggunakan bentuk tunggal dan adakalanya pula dalam bentuk jamak. Makna pertama ditujukan pada kitab Taurat, seperti dijelaskan dalam ayat: Dan diturunkan dari sisi-Nya kitab pada Nabi Musa sebagai imam (petunjuk) dan rahmat. (QS. Hud: 17)
Dari penggunaan kata dalam ayat tersebut dapat disimpulkan ihwal pembenaran penyebutan kata imam bagi kitab-kitab langit lainnya atau minimal pada kitab-kitab langit utama. Adapun makna kedua bermakna lauhul mahfuzh, sebagaimana difirmankan Allah Swt: Dan segala sesuatu telah Kami perhitungkan pada lmamin Mubin (kitab yang jelas). (QS. Yasin: 12)
Tim Ahl-ul Bayt World Assembly, Teladan Abadi Imam Mahdi