Nasional
BNPT: Semua Unsur Perlu Tingkatkan Kewaspadaan Hadapi Radikalisme
Kepala badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar mengatakan untuk mewujudkan Indonesia yang damai dan sejahtera, seluruh unsur pemerintah dan masyarakat harus saling bahu membahu dan bekerjasama untuk meningkatkan kewaspadaan dalam rangka menghadapi radikalisme serta penanggulangan terorisme. Hal tersebut disampaikannya dalam program “Indonesia Bicara” di Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) pada Senin malam (4/1) yang disiarkan langsung.
Boy Rafli menambahkan bahwa peningkatan kewaspadaan masyarakat dari ancaman terorisme sangat penting dilakukan karena efek merusak yang ditimbulkan akan berdampak jangka panjang, khususnya di lingkungan masyarakat yang menjadi lokasi ledakan maupun para korban. Melalui sosialisasi yang dilakukan BNPT, diharapkan bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang upaya pencegahan aksi terorisme, penyebaran paham radikal intoleran di lingkungan masyarakat, sekaligus juga menghilangkan ‘stigma’ pada golongan tertentu.
Ia mengatakan, walaupun situasi dan kondisi terpantau aman dan kondusif, namun harus tetap waspada dari berbagai ancaman. Hal itu, sebab ancaman akan selalu mengintai kita dari berbagai arah dengan berbagai bentuknya, seperti yang dikutip dari Republika.
Jenderal binta tiga ini juga mengatakan bahwa partisipasi publik untuk mengetahui adanya penyampaian, adanya dugaan narasi-narasi intoleransi, dan apalagi radikal intoleran sangat dibutuhkan. Terlebih saat ini, media sosial telah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tersebut untuk menyebarkan ujaran kebencian dengan mempropaganda pengguna media sosial.
“Untuk itu, bila masyarakat mencurigai adanya hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai bangsa, jangan ragu untuk menyampaikan kepada aparat agar dapat dideteksi,” ujar Boy.
Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa dalam menangkal terorisme, BNPT menerapkan strategi Kesiapsiagaan Nasional, Kontra radikalisasi, dan Deradikalisasi. Kesiapsiagaan nasional yang dimaksud Boy adalah siap siaga seluruh elemen masyarakat dari ancaman aksi terorisme dan bahaya paham radikal terorisme, sedangkan sasaran dari strategi kontra radikalisasi adalah masyarakat umum, pelajar, dan tokoh masyarakat.
“Ini bertujuan menanamkan nilai ke-Indonesiaan dan nilai kedamaian. Sementara sasaran strategi deradikalisasi yaitu kelompok radikal dan simpatisan, bertujuan menghentikan kekerasan dan teror,” kata dia.
Selain itu, Boy juga menekankan bahwa untuk meredam tingkat radikalisme juga bisa dilakukan dengan memaksimalkan kearifan lokal yang ternyata disukai oleh generasi muda, ini yang membuat kearifan lokal sangat efektif dilakukan.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang memiliki suku, budaya, dan toleransi beragama yang tinggi. Gambaran ini, katanya sebagai jendela dunia bahwa Kebhinekaan Indonesia ini nyata. Kearifan lokal ini penting ditanamkan dan diterapkan sejak dini dalam keluarga, dari segi tutur lisan dan tata krama dalam lingkungan, serta melestarian budaya dan kesenian.
“Sehingga para generasi muda kita tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang bertentangan dengan ideologi bangsa. Untuk itu saya harapkan dengan sosialisasi ini masyarakat agar dapat lebih peduli dan waspada dalam berkehidupan sosial di lingkungan masyarakat,” kata Boy.