Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Pengungsi Syiah: Dua Tahun Kenyang Janji

Rumahku adalah istanaku. Ungkapan bagi banyak orang yang sepertinya tak berlaku bagi sekitar 186 jiwa pengungsi Muslim Syiah Sampang. Sudah dua tahun mereka terusir, bukan cuma dari rumah tapi juga kampung halamannya. 

Atas keputusan pemda Sampang yang dikuatkan pemprov Jatim, dan juga berkat desakan beberapa orang Kyai intoleran, warga asli Sampang itu ditempatkan di Rusunawa, Puspa Agro Jemundo, Sidoarjo, setelah sebelumnya sudah pernah berstatus pengungsi di GOR Sampang.

Di Jemundo, sejak awal Pemprov Jatim berjanji memenuhi segala kebutuhan hidup layak bagi para pengungsi. Itulah salah satu alasan kenapa warga Syiah yang diusir dari kampung dan semula tinggal beberapa bulan di GOR dianggap tak mungkin hidup normal dan manusiawi. Sehingga pemprov menilai mereka semua lebih layak dan wajib dipindahkan ke rusunawa yang ada di Sidoarjo.

Dua tahun pun berlalu. Kebijakan demi kebijakan silih berganti. Terakhir, pemprov Jatim menghentikan pelayanan makan bagi pengungsi dan berjanji menggantinya dengan uang.

Nurcholis, salah seorang pengungsi, bertutur bahwa mereka dijanjikan uang sebesar Rp. 709.000,- per orang per bulan. Tapi sayang, pembagiannya yang semula direncanakan akan dimulai sejak April tahun ini bukan saja meleset dari jadwal. Bahkan, jumlah uang yang mereka terima pun ternyata berbeda dari yang telah dijanjikan.

Pada tanggal 6 atau 7 Mei, Nurcholis membenarkan bahwa pihak pemprov melalui Biro Kesra Jatim telah membagikan uang jatah yang seharusnya sudah mereka terima pada bulan April, sejumlah Rp. 446.000,- Jumlah yang menurutnya, mengutip keterangan Indra dari Biro Kesra Pemprov Jatim, telah dipotong Rp. 7.500,-/hari selama sebelas hari, saat pengungsi masih mendapatkan jatah makan dari pihak Tagana. 

“Untuk jatah bulan Mei, kita dijanjikan akan dapat penuh,” tutur Nurcholis kepada ABI Press. “Tapi saya tidak tahu pasti kapan jelasnya jatah kami itu akan diberikan,” tambahnya.

Untuk mengkonfirmasi kepastian pemberian uang jatah bulanan itu, ABI Press menghubungi Ratnadi Ismaon, selaku Karo Kesra Pemprov Jatim. Namun hingga berita ini diturunkan, yang bersangkutan belum bersedia dikonfirmasi lebih jauh terkait hal tersebut.

Itulah kisah nyata ibarat cerita bersambung tentang ketidak pastian nasib pengungsi Muslim Syiah di negerinya sendiri. Dua tahun mereka diusir, serasa sudah kenyang dengan janji-janji pemerintah yang tak seluruhnya ditepati. 

Kini, mereka pun belum tahu pasti, kapan uang jatah makan bulanannya bakal dipenuhi. Tak ada yang bisa menjamin bahwa ke depan, nasib hidup mereka pun tak bakal lagi diombang-ambingkan. 

Padahal, seandainya pemprov Jatim dan pemerintah pusat beritikad baik segera memulangkan mereka ke kampung halamannya kembali, mungkin mereka akan lebih leluasa menata ulang kehidupannya dengan cara layak, lebih bermartabat dan mandiri. (Lutfi/Yudhi)  

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *