Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Waketum ABI: Terorisme Bagai Virus dalam Tubuh Umat Islam

Wakil Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI) Ust. Ahmad Hidayat mengibaratkan terorisme ibarat virus dalam agama Islam yang menjalari tubuh manusia. Sehingga pada tingkat tertentu terkadang sulit untuk dideteksi. Namun, gejalanya relatif mudah untuk dikenali. Gejala terorisme itu dapat diketahui melalui tindakan verbal dan sikap sosial.

Ust. Ahmad melanjutkan, contoh tindakan verbal seperti menyampaikan pernyataan-pernyataan yang mengarah kepada perpecahan, mendiskreditkan kelompok lain, mempersekusi sampai kepada tingkat pengkafiran terhadap pihak-pihak yang berbeda dengan keyakinan mereka.

Sedang terkait dengan gejala perilaku sosial, Ust. Ahmad mencontohkan sikap membatasi diri untuk bergaul dan mendiskusikan secara terbuka, pemikiran, dan doktrin keyakinannya.

Bahkan, lanjutnya, pada tingkat inilah terorisme sebagai sebuah gerakan menjadi sangat berbahaya.

“Tentu Indonesia sebagai negara yang homogen, plural, harus secara sadar untuk mengawasi dan memproteksi gerakan terorisme,” katanya, Rabu (16/12), di kantor DPP ABI, Jakarta.

Apa yang disampaikan Ust. Ahmad, sejalan dengan apa yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD yang mengatakan ada dua ancaman yang dimiliki Indonesia saat ini.

Ancaman pertama, di perbatasan, Indonesia kerap mendapat gangguan teritorial seperti di Perairan Natuna yang kerap diganggu kapal-kapal asing.

“Di belahan barat sana ada Natuna Utara itu, sering diganggu oleh kapal asing. Oleh sebab itu kita harus memperkuat di sana untuk menjaga keutuhan. Demikian juga di timur ada organisasi separatis, dan ini menggangu keutuhan teritori kita,” katanya, Selasa (15/12), seperti yang dikutip dari Okezone.Ancaman kedua, sambung Mahfud, adalah yang menyerang ideologi, seperti pemikiran radikalisme. Pemikiran radikal itulah, ia bilang yang nantinya menyebabkan aksi dan tindakan terorisme.

“Di tengah yang disebar itu bukan soal teritori seperti di barat dan di timur. Radikalisme dan terorisme itu tantangan terhadap ideologi yang tersebar di Jawa Sumatera, Aceh, NTB, dimanapun itu ada gerakan-gerakan yang disebut gerakan radikalisme, yang pada tindakan bentuknya terorisme,” ungkapnya.

Mahfud juga menyinggung soal modus kelompok terorisme yang kini mengalami perubahan. Jika dahulu didanai langsung dengan mengirim uang, sekarang sudah dalam bentuk barang.

“Gerakan-gerakan teror Internasional itu kadang kala mengirimkan uang, kalau dulu lewat perbankan, oke sudah diantisipasi. Sekarang itu kadang kala bentuknya beli barang ke seseorang, tetapi sudah di dalam dibagi dalam bentuk membuat senjata dan sebagainya,” kata Mahfud.

Menanggapi itu, Ust. Ahmad mengatakan, gerakan teror menjadi sangat massif karena dukungan dana. Nah, penggalangan dana itu lanjutnya sudah sangat dekat dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

“Karena itu, kita sangat mendukung upaya pemerintah dalam hal ini aparat kepolisian untuk berupaya secara maksimal menemukan semua instrument pendanaan yang dikelola oleh kelompok-kelompok teroris,” kata Ustaz Ahmad.

“Baik yang datang dari luar maupun yang didapatkan dari dalam negeri, berupa sumbangan-sumbangan amal sosial,” tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa gerakan terorisme merupakan gerakan global yang bisa jadi Indonesia menjadi target utama.

“Tujuannya, untuk melakukan penghancuran nilai-nilai kemanusiaan yang pada ujungnya mengantikan konstitusi negara menjadi konstitusi yang mereka rencanakan,” pungkas Ust. Ahmad.

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *