Ikuti Kami Di Medsos

Kajian Islam

Ayatullah Baqir Sadr: Umur Imam Mahdi Menurut Logika Ilmiah [2/2]

Sains dewasa ini tengah berusaha untuk mencari jawabannya yang tepat. Jawaban yang dapat diberikan dalam masalah ini di antaranya tentunya lebih dari satu alternatif. Jika kita menafsirkan makna ketuaan secara ilmiah sebagai akibat dari faktor di luar badan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa badan manusia mampu untuk hidup lama tanpa harus melewati masa tua dan kerentaan jika ia mampu menghindari semua faktor yang berakibat buruk bagi tubuhnya itu.

Tapi jika kita mengambil perspektif lain yang cenderung berasumsi bahwa ketuaan merupakan hukum alami bagi sel-sel dan jaringan-jaringan yang hidup itu sendiri, berarti seluruh sel dalam tubuh mengandung benih kebinasaan yang pasti setelah melewati masa ketuaan dan berakhir dengan kematian.

Baca pembahasan sebelumnya  Ayatullah Baqir Sadr: Umur Imam Mahdi Menurut Logika Ilmiah [1/2]

Singkatnya, sains yang semakin hari semakin maju secara teori tidak menolak kemungkinan   perpanjangan umur manusia, baik jika kita tafsirkan ketuaan sebagai akibat dari pergolakan dan pergesekan dengan faktor-faktor luar atau sebagai akibat hukum alam bagi sel-sel hidup itu sendiri yang bergerak menuju kepunahan. Kesimpulan dari itu semua bahwa panjangnya umur manusia hingga berabad-abad lamanya secara logika dan sains adalah mungkin dan tidak mustahil, meskipun untuk merealisasikannya diperlukan waktu yang sangat panjang.

Atas dasar ini kita mengkaji umur Imam Mahdi as, dan segala pertanyaan serta rasa “aneh” yang berhubungan dengannya. Setelah kita ketahui bahwa logika dan ilmu pengetahuan tidak menolak    kemungkinan panjangnya umur manusia, dan bahwa sains bergerak untuk mengubah posibilitas teoritik menjadi posibilitas praktis secara berangsur-angsur, maka tidak ada sisi yang aneh kecuali anggapan mustahil bahwa Imam Mahdi as mendahului sains itu sendiri. Sehingga posibilitas   teoretis berubah menjadi posibilitas praktis dalam pribadi beliau, sebelum sains dalam perkembangannya mencapai tingkat kemampuan yang riil pada perubahan ini. Itu seperti halnya seorang yang mendahului sains dalam menemukan obat radang selaput atau obat kanker.

Jika permasalahannya seperti ini, bagaimana Islam yang menjelaskan umur Imam Mahdi bisa mendahului pergerakan sains dalam hal ini?

Jawabnya adalah, hal itu bukan satu-satunya kasus Islam mendahului sains. Bukankah syariat Islam     secara keseluruhan mendahului pergerakan sains dan perkembangan alami pemikiran manusia semenjak berabad-abad lamanya? Bukankah syariat Islam memberikan slogan-slogan yang melontarkan rencana-rencana penerapan di mana umat manusia tidak mampu mencapainya    kecuali setelah melewati masa beratus-ratus tahun? Bukankah ia juga datang dengan hukum-hukum yang penuh dengan hikmah, di mana manusia tidak mampu mengetahui rahasia-rahasia dan hikmah-hikmah yang ada di dalamnya kecuali baru-baru ini? Bukankah risalah samawi telah   menyingkap rahasia-rahasia alam yang tidak terlintas di benak manusia, kemudian sains datang untuk menetapkan dan mendukungnya?

Apabila kita meyakini hal ini semua, maka mengapa kita banyak menuntut Pengirim atau Pengutus risalah ini (Allah Swt) supaya sainslah yang lebih dahulu menentukan umur Imam Mahdi? Yang saya bawakan di sini adalah fenomena-fenomena keunggulan Islam yang kita saksikan sendiri. Karena masih banyak hal dalam agama Islam yang mendukung klaim kita. Contohnya, agama menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Muhammad saw pernah diperjalankan oleh Allah pada malam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha.

Jika kita ingin memahami Isra (perjalanan malam) dalam lingkup hukum-hukum alam, maka hal itu   mengekspresikan tentang penggunaan hukum alam dengan bentuk yang sains tidak bisa merealisasikannya kecuali setelah beratus-ratus tahun. Maka pengalaman rabbani yang memperkenankan kepada Rasulullah saw untuk bergerak cepat sebelum sains mampu mewujudkan   hal tersebut, juga dapat memberikan kepada Imam terakhir (Imam Mahdi) umur yang panjang sebelum sains bisa mewujudkannya.

Ya, umur panjang yang Allah berikan kepada juru selamat Almuntadzar ini, dalam pandangan umat manusia dewasa ini memang tampak aneh, juga merupakan kasus yang janggal dalam dunia eksperimen para ilmuwan. Tetapi, bukankah perubahan efektif yang dipersiapkan untuk Sang Juru Selamat ini tampak aneh dalam batas-batas kehidupan biasa manusia dan janggal dalam sejarah?

Dijelaskan oleh al-Quran bahwa Nabi Nuh as tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun dan melalui banjir yang menghancurkan semua peradaban yang ada kala itu, lalu beliau mendapat tugas   untuk membangun dunia baru. Figur kedua adalah Imam Mahdi yang hidup bersama kaumnya hingga sekarang lebih dari seribu tahun dan kelak beliau akan membangun dunia baru pada hari yang dijanjikan. Mengapa kita menerima Nabi Nuh yang umurnya, minimal, seribu tahun, tetapi kita tidak menerima Imam Mahdi?

Ayatullah Baqir Sadr, Imam Mahdi as

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *