Kajian Islam
Keadilan Tidak Bisa Dikompromikan
Favoritisme, nepotisme, partialitas, dan pembungkaman mulut dengan suapan-suapan besar selalu menjadi alat penting bagi kaum politisi. Imam Ali, seorang laki-laki telah rnenduduki kekuasaan dan memimpin bahtera kekhalifahan yang sangat membenci semuanya ini. Sesungguhnya, tujuan utamanya adalah berjuang dan memerangi jenis pemerintahan ini. Tentu saja, dengan dimulainya pemerintahan Ali as, kalangan politikus berikut harapan dan angan-angannya dikecewakan. Kekecewaan mereka segera berkembang menjadi suatu konspirasi yang berupaya melakukan subversi dan perongrongan kepada pemerintahan Ali.
Sahabat-sahabat yang bermaksud baik, dengan keinginan yang tulus, menganjurkan Imam Ali as untuk bersikap lebih luwes dalam kebijakan-kebijakannya demi kepentingan-kepentingan yang lebih besar. Anjuran mereka adalah, “Bebaskanlah dirimu sendiri dari tipu daya para penghasut itu, seperti dikatakan, ‘bungkamlah mulut anjing dengan suapan besar.’
Sekarang, musuh Anda sebenarnya adalah Muawiyah, yang mengendalikan provinsi kaya dan subur seperti Suriah. Kini, kearifan terletak pada pengabaian masalah kesetaraan dan keadilan. Di sini, apanya yang bahaya?”
Tokoh-tokoh penganjur ini adalah tokoh berpengaruh, sebagian di antaranya adalah figur-figur khusus pada masa awal Islam.
Dengan tegas Imam AIi as berkata kepada mereka, “Apakah kalian memintaku untuk mencari dukungan melalui keadilan [kepada rakyatku dan mengorbankan keadilan demi keuntungan politik]? Demi Allah, aku tidak akan melakukannya selama dunia ada dan selama satu bintang menyusul bintang yang lain di langit [yakni, aku tidak akan melakukannya sepanjang tatanan semesta ada]. Bahkan sekiranya itu merupakan kekayaanku sendiri, aku akan membagikannya secara adil, dan mengapa itu tidak terjadi ketika kekayaan tersebut milik Allah dan ketika aku adalah kepercayaan-Nya?.”
Ini satu contoh bagaimana Imam Ali as sangat menghargai keadilan dan betapa kedudukan keadilan terhujam kuat dalam pendapatnya.
Hak-Hak Rakyat
Kebutuhan manusia tentu saja tidak terbatas pada sandang pangan dan papan. Mungkin saja seekor hewan puas dengan menikmati semua kebutuhan jasadinya. Tetapi, dalam kasus manusia, faktor spiritual dan moralsama pentingnya dengan faktor-faktor fisik. Berbagai pemerintahan mengikuti cara yang sama dalam menyediakan kesejahteraan material masyarakat yang mungkin mencapai hasil yang berbeda, lantaran salah satu dari mereka memenuhi kebutuhan psikologis masyarakat, sedangkan yang lain tidak.
Salah satu faktor penting yang menjamin rasa aman kehendak masyarakat adalah cara pemerintah memperlakukan rakyatnya, apakah pemerintah menganggap rakyatnya sebagai budak-budaknya ataukah bagai penguasa dan penjaganya; apakah pemerintah menganggap rakyat memiliki hak-hak yang sah dan ia sendiri hanyalah sebagai kepercayaan, perantara, dan wakil mereka. Dalam kasus pertama, pelayanan apapun yang dijalankan pemerintah bagi rakyat tidak lebih dari sekadar perhatian seorang majikan terhadap hewan ternaknya. Dalam kasus kedua, setiap pelayanan yang dilakukan sama dengan memenuhi tugas dengan suatu kepercayaan yang benar. Pengakuan negara terhadap hak-hak autentik rakyat dan penolakan akan tindakan apapun yang mengimplikasikan pengingkaran hak-hak kedaulatan mereka merupakan sebab-sebab utama guna menjamin kepercayaan dan keinginan rakyat.
Syahid Muthahhari, Tema-tema Pokok Nahjul Balaghah