Ikuti Kami Di Medsos

Kajian Islam

Ayatullah Taqi Misbah Yazdi: Makna Qadha dan Qadar yang Benar (3/3)

Apabila seorang anak jatuh sakit dan ibunya yang mencintainya mencegahnya memakan makanan tertentu, meminumkannya obat yang pahit, dan menyuntikkannya, pastilah ibunya itu bermaksud baik padanya; perbuatan si ibu justru merupakan tanda kebaikan dan kasih sayangnya, walaupun si anak mungkin tak suka dengan perilakunya dan menganggapnya tidak mengenal belas kasihan. Oleh karena itu, adanya peristiwa pahit dan menjengkelkan (termasuk banjir dan gempa bumi) bukannya tidak  bertujuan, melainkan berada di bawah rencana Allah, walaupun tindakan itu sendiri dipenuhi oleh kehendak bebas para individu pula, dan bahwa para pendosa  tetap bertanggungjawab atas tindakan buruk mereka.

Pembahasan sebelumnya Ayatullah Taqi Misbah Yazdi: Makna Qadha dan Qadar yang Benar (2/3)

Al-Quran berkata: Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan [tidak pula] pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.  Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. [Kami jelaskan yang demikian itu] supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.  (QS. al-Hadid: 22-23)

Dalam beberapa pertempuran, seperti Perang Uhud, kaum Muslim menderita kekalahan. Tetapi, karena mereka berjuang untuk memenuhi kewajiban dan untuk mengangkat kalimat tauhid di dunia, mereka selalu puas, dan keimanan mereka pada kepemimpinan Nabi saw tak pernah pula berkurang.  Mereka berkata: Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.’ (QS. at-Taubah: 51)

Logika kaum mukmin itu adalah bahwa apa yang telah ditakdirkan Allah bagi kita akan terjadi, dan kita puas dengan takdir-Nya, walaupun mungkin tak enak. Banyak peristiwa tak enak terjadi pada kita dan menyakiti perasaan kita. Tetapi, harus kita ketahui bahwa rencana Allah yang bijaksana berada di baliknya, dan bahwa peristiwa-peristiwa itu, sebagai keseluruhan, akan berguna bagi kemajuan Islam. Oleh karena itu, kita harus memenuhi kewajiban kita sendiri. Kita harus meraih kebaikan yang sebenarnya, dan itu hanya akan berhasil bila kita memenuhi kewajiban agamawi kita. Tentang apa yang akan terjadi, itu bukan urusan kita. Alam semesta mempunyai Pencipta dan Perencana yang tidak membiarkan setiap orang. Allah Mahatahu apa yang harus terjadi dan apa yang bijaksana.

Dari satu aspek, dunia ini adalah sebuah kombinasi dari yang baik dan yang buruk, menyenangkan dan menyusahkan. Kadang-kadang ada masa sehat dan kadang-kadang ada saat sakit, di satu tahun ada keamanan dan kesenangan dan di tahun lain ada keresahan dan penderitaan. Tetapi, tak ada yang mutlak baik dan mutlak buruk. Kebaikan dan keburukan yang sesungguhnya tergantung pada bagaimana manusia menyikapi fenomena itu.

Harta kekayaan dan kemakmuran pun tidak selalu baik bagi manusia, tergantung pada bagaimana manusia memperlakukannya. Tentu saja, dari sisi pandang bahwa semuanya diciptakan Allah, maka semuanya baik. Tetapi, baik dan buruknya bagi Anda dan bagi saya tergantung pada cara kita memperlakukannya. Allah Yang Mahakuasa merencanakan segalanya sedemikian rupa supaya manusia dapat mengambil berbagai manfaat dari fenomena yang berwajah ganda ini, dan berpegang pada janji yang telah mereka buat dengan Allah bahwa mereka akan menolong agama-Nya sampai titik darah penghabisan, supaya mereka dapat mencapai kejayaan di dunia ini dan memperoleh rahmat serta kebahagiaan abadi di akhirat.

*Ayatullah Taqi Misbah Yazdi, Monoteisme sebagai Sistem Nilai dan Akidah Islam

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *