Kisah
Khalifah Ali, Hakim, dan Lelaki Yahudi
Suatu hari Imam Ali as sedang duduk di masjid Kufah. Lalu seorang Yahudi bernama Abdullah bin Qufi dengan membawa baju besi, melintas di depan beliau. Tatkala melihat baju besi itu, Imam Ali as berkata, “Itu baju besi milik Thalhah bin Abdullah yang merupakan bagian dari harta rampasan perang dalam perang Bashrah, engkau telah mengambilnya!”
Imam Ali as kemudia mengajak lelaki Yahudi itu untuk menghadap hakim guna menyelesaikan perkara tersebut. Akhirnya mereka berdua sama-sama menghadap hakim Syuraih. Lalu, Imam Ali as menjelaskan tuntutannya. Syuraih berkata, “Anda harus mendatangkan saksi bagi tuntutan Anda.”
Imam Ali as memanggil anak beliau, Imam Hasan as sebagai saksi. Syuraih berkata, “Seorang saksi saja tidak cukup.” (Dalam riwayat lain hakim menolak anak sebagai saksi yang menguntungkan ayahnya).
Kemudian Imam Ali as membawa budak beliau, Qanbar, sebagai saksi. Syuraih berkata, “Saya tidak menerima kesaksian seorang budak.”
Imam Ali as berkata kepada Yahudi itu, “Ambillah baju besi itu dan pergilah! Hakim ini telah tiga kali memutuskan hukuman yang tidak benar.”
Syuraih bertanya, “Apa tiga putusan hukuman yang tidak benar itu?”
Imam Ali berkata, “Celakalah engkau! Pertama, berkaitan dengan pengkhianatan tidak diperlukan saksi (si pemilik barang harus membuktikan dari mana ia dapatkan barang tersebut). Kedua, saya menjadikan putraku, Hasan sebagai saksi dan engkau menolak kesaksiannya, sedangkan Rasulullah saw memutuskan hukuman dengan satu orang saksi dan sumpah si penuntut. Ketiga, Qanbar memberi kesaksian, dan Anda mengatakan hukum tidak dapat dilaksanakan dengan kesaksian budak. Padahal jika budak adalah seorang yang adil dan jujur maka kesaksiannya dapat diterima.”
Kemudian Imam Ali as kembali berkata, “Celakalah engkau! Pemimpin muslimin jujur dalam menjalankan tanggung jawab besar, lalu bagaimana mungkin engkau menolak tuntutannya?”
Melihat kejadian ini, lelaki Yahudi itu berkata, “Subhanallah! Khalifah muslimin datang menghadap hakim bersama saya dan ia rela terhadap putusan hakim yang merugikannya. Wahai Amirul Mukminin, benar apa yang Anda katakan, baju besi ini milik Anda yang terjatuh dari tunggangan Anda, lalu aku mengambilnya.”
Kemudian, ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam. Lalu Imam Ali as memberikan baju besi itu kepadanya dan memberikan hadiah sebesar 900 dirham.
Ali Sadaqat, 50 Kisah Teladan