Akhlak
Kesalehan Ibunda Imam Hasan Askari
Syaikh Mufid dalam buku Irsyad berkenaan dengan nama ibu Imam Hasan Askari as menuliskan bahwa ibunda beliau biasa dipanggil Hudaitsah. Almarhum Qommi menuliskan nama ibu mulia Imam Hasan Askari as sebagai Hudais, sementara dalam riwayat lain disebut Salil dan Susan. Beliau memiliki wara’ dan takwa yang luar biasa.
Mas’udi dalam kitabnya Asbatul Washiyah meriwayatkan dari Imam Ali Ridha as bahwasanya ketika ditemui Salil, Imam Ali Hadi as bersabda, “Salil adalah wanita suci dan bersih dari setiap kotoran dan dosa.” Lalu beliau berkata kepada istrinya itu, “Betapa cepat Allah Swt memberikan hujah kepadamu sehingga engkau yang akan mengisi bumi ini dengan keadilan sebagaimana sebelumnya telah penuh dengan kelaliman.”
Lalu Mas’udi berkata, “la (Salil) mengandung Imam Hasan Askari as….”
Baca juga Biografi Singkat Imam Hasan al Askari As
Umur Imam Ali Hadi as saat itu menginjak usia 15 tahun beberapa bulan. Kemudian, pada tahun 236 H, beliau pergi ke Irak, sementara usia Imam Askari baru menginjak 4 tahun beberapa bulan. [Muntahal Amal, juz. 2, hal. 393] Sedangkan beliau sendiri, sewaktu ayahnya syahid, menerima jabatan imamah dalam usia 8 tahun.
Dalam kitab Safinatul Bihar, Mas’udi berkata, “Nama ibu beliau sesuai dengan apa yang telah diriwayatkan ahli hadis adalah Salil atau Hudais, namun yang benar adalah Salil. la termasuk wanita arif dan salehah.”
Syaikh Shaduq dalam kitab Kamaluddin meriwayatkan dari Ahmad bin Ibrahim yang berkata, “Aku datang ke rumah Hakimah, putri Imam Jawad as (bibi Imam Hasan Askari as) pada tahun 262 H. Ia berbicara denganku dari balik tabir. Aku bertanya soal Imam, lalu ia sebut satu persatu sampai Imam Zaman as. Aku bertanya lagi, ‘Anda melihatnya atau sekadar mendengar?’
‘Ayahku Muhammad (Imam Jawad as) memberitahukan kepadaku bahwa al-Hujjah (Imam Zaman) akan lahir ke dunia ini‘
Aku bertanya lagi, ‘Para pengikutnya akan kembali kepada siapa?’
Ia menjawab, ‘Kepada ibu Imam Hasan Askari as.’
Aku lanjutkan pertanyaanku, ‘Apakah aku harus mengikuti orang yang telah berwasiat kepada seorang wanita?’
la menjawab, ‘Mengikuti perintah ini adalah mengikuti Imam Husain as yang telah berwasiat kepada Sayyidah Zainab. Semua keilmuan dan karamah yang tampak pada pribadi Imam Sajjad as mereka sandarkan pada Sayyidah Zainab.’” (Biharul Anwar, juz. 5, hal. 363)
Dalam kitab itu juga diriwayatkan dari Muhammad bin Shaleh Qanbary bahwasanya ketika meninggal dunia, Sayyidah Salil berwasiat agar dikuburkan di rumahnya. Namun Ja’far (yang terkenal dengan sebutan Kazzab) menolak sambil berkata, “Ini adalah rumahku, jangan kubur di sini.”
Saat itu tiba-tiba muncul Hujjah (Imam Zaman as) menegur pamannya, Ja’far, “Hai Ja’far, ini rumahmu?”
Setelah itu, beliau as ghaib dan tidak tampak lagi dari pandangan mata.
Almarhum Imad Zadeh menulis, “lstri Imam Hadi as yang bernama Susan adalah wanita suci, guru besar, dan meyakini betul kenabian dan kepemimpinan.”
Susan seperti halnya wanita mulia lain juga memiliki banyak nama. Ia dipanggil Hudaitsah, Salil, dan selainnya. Dalam budaya Arab, memiliki banyak nama itu perkara biasa, khususnya para budak yang banyak merantau dari satu kota ke kota lain atau dari kabilah ke kabilah lain.
Imam Hasan Askari as memberi kabar kepada ibunya tentang kesyahidan dirinya, dan di tahun itu juga beliau mengirim ibunya beribadah haji. Wanita ini mendengar anaknya (Imam Hasan Askari as) dibunuh saat sedang di Madinah, lalu kembali ke Samarra dan tinggal di sana sampai akhir hayatnya dan dikebumikan di pemakaman suaminya. Ahli sejarah menulis bahwa wanita mulia ini wafat setelah tahun 260 H.
Dr. Ibrahim Babai Amuli, Kisah Pernikahan Rasul Saw dan Ahlulbaitnya