Dunia Islam
Warisan Utama Imam Ahlulbait
Di antara sumber-sumber utama Mazhab Syiah yang merupakan warisan agung Ahlubait adalah kitab Nahjul Balaghah, yang menghimpun pidato-pidato, surat-surat, dan untaian kata-kata mutiara Imam Ali Ibn Abi Thalib as. Kitab ini disusun oleh Syarif Radhi lebih dari seribu tahun lalu.
Kitab Nahjul Balaghah adalah kitab yang sangat luar biasa. Kandungan maknanya sangat dalam. Bahasanya sangat tinggi dan tutur katanya sangat indah, sehingga membuat setiap pembacanya, apa pun latar belakang agama dan mazhabnya, pasti terjerat ke dalam daya tariknya yang sangat luar biasa. Betapa indahnya jika kitab ini juga dibaca oleh selain orang Islam sehingga mereka dapat mengenal ajaran luhur Islam di bidang tauhid, ma’ad, hari akhir, politik, akhlak, sosial, dan sebagainya.
Warisan agung lainnya adalah kitab Sahifah as-Sajadiyah, yaitu kumpulan doa-doa terbaik, terindah, dan terfasih, dengan kandungan makna yang sangat dalam dan tinggi, yang pada hakikatnya, meskipun dengan metode yang berbeda, melakukan fungsi yang sama dengan kitab Nahjul Balagbah, mengajarkan manusia pelajaran-pelajaran baru melalui kalimat demi kalimatnya, mengajarinya bagaimana cara berdoa dan bermunajat kepada Allah serta membuat ruh dan jiwa manusia terang benderang dan bersih.
Sesuai namanya, Sahifah as-Sajadiyah, doa-doa yang terdapat dalam kitab ini merupakan kumpulan doa-doa Imam keempat Syiah, Imam Ali Zainal Abidin as, yang dikenal dengan sebutan as-Sajad, yang selalu sujud kepada Allah. Setiap kali orang Syiah menginginkan penghayatan makna doa dan lebih dekat kepada Allah serta memiliki kerinduan kepada-Nya, maka mereka segera menuju doa-doa ini. Niscaya jiwa mereka akan segar kembali sebagaimana tumbuh-tumbuhan yang segar dengan kucuran hujan di musim semi.
Hadis-hadis Syiah, yang jumlahnya mencapai puluhan ribu, sebagian besar diriwayatkan dari Imam Muhammad Baqir as dan Imam Ja’far bin Muhammad Shadiq as. Selain itu, dari Imam Ali Ridha as. Demikian itu karena ketiga imam ini hidup pada masa tekanan-tekanan penguasa Bani Umayyah, Bani Abbas, dan lawan-lawan mereka lainnya terhadap Syiah berkurang, sehingga mereka lebih leluasa menyampaikan hadis-hadis yang mereka dengar dari nenek moyang mereka, dari Rasulullah saw, dalam semua bidang ilmu dan fikih.
Penyebutan Mazhab Syi’ah dengan Mazhab Jafari tidak lain karena sebagan besar hadis-hadis dalam Syiah diriwayatkan dari Imam Ja’far as, yang hidup pada masa peralihan dari Bani Umayyah yang mulai lemah kepada Bani Abbas yang belum mendapatkan kekuatan penuh, sehingga praktis tekanan-tekanan terhadap Syiah berkurang.
Pada masa itu populer bahwa Imam Ja’far Shadiq as telah menghasilkan empat ribu murid dalam ilmu-ilmu hadis, fikih, dan pengetahuan Islam. Imam mazhab Hanafi, Abu Hanifah, mengatakan,
“Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih ahli dalam agama daripada Ja’far bin Muhammad.” (Tazkiratul-Huffaz, jil. I, hal. 166)
Sementara itu Malik Ibn Anas mengungkapkan, “Untuk waktu beberapa lama aku kerap berkunjung ke rumah Ja’far bin muhammad. Setiap kali aku datang ke rumahnya, kudapati ia di antara tiga keadaan, salat, puasa, atau membaca al-Quran. Sungguh aku tidak melihatnya berbicara kecuali dalam keadaan suci.” (Tahzib at-Tahzib, jil. II, hal. 104)
Sebetulnya banyak sekali kesaksian para ulama Islam tentang kebesaran para Imam Ahlubait. Namun, karena sempitnya ruang, kesaksian-kesaksian itu tidak dapat direkam di sini.
Nashir Makarim Syirazi, Inilah Aqidah Syiah