Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Meracik Formula Baru Kurikulum Pendidikan Islam

Meracik Formula Baru Kurikulum Pendidikan Islam

“Ketika seorang murid tidak dihargai, ia akan menjadi sumber masalah. Sebab itulah guru Pendidikan Agama Islam (PAI) seharusnya mampu memberi kontribusi sebagai pemotong lingkaran kekerasan dan membantu siswa mendapat dignity (harga diri).”

Itulah sepenggal kalimat yang diutarakan Dalla, guru PAI Sekolah Dasar di Jakarta Timur usai mengikuti Workshop bertema “Teaching Respect For All” di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Rabu (16/4). Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan Imdad Mustadhafin (Yasmin).

Selaku Manager Program Pendidikan dan Sosial Yasmin, Sulistiyo menjelaskan bahwa acara training ini diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pola pendidikan Islam yang damai di sekolah. Menurut Sulis, Yasmin yang bergerak di bidang pendidikan telah melalukan beberapa riset dan bedah kurikulum. Dari situlah Yasmin menemukan beberapa kurikulum pendidikan Islam yang kurang menunjukan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin.

Saat ABI Press menanyakan contohnya, Sulis menerangkan, misalkan tentang perang. Dalam buku-buku sejarah yang diajarkan hanya berkisah tentang perang, perang, dan perang sesuai periode demi periode kepemimpinan. Yang diceritakan hanyalah perangnya saja tanpa memberitahukan yang sebenarnya bahwa Rasullullah Muhammad SAW sebenarnya menekankan perdamaian dan menghindari peperangan. Serta hikmah dan sebab perang itu jika memang perang itu harus terjadi dan sebagainya.

Di sisi lain, menurutnya, persoalan fikih yang hanya bercerita tentang halal-haram, yang terkesan kaku karena tidak menceritakan hikmah-hikmah aturan hukum Islam yang penuh kemudahan dan toleransi.

Lantas, apa manfaat dan tujuan dari pelatihan ini?

Pelatihan ini diharapkan dapat membekali guru dan calon guru agar tidak terlalu kaku dalam mendidik siswanya dan memberikan pengajaran Islam yang rahmatan lil alamin agar tidak melahirkan produk berupa generasi penerus yang salah jalan ke depannya.

Kurikulum pendidikan Islam yang sekarang menurut Sulis perlu formulasi baru yang menunjukkan bahwa Islam adalah pembawa rahmat, penuh toleransi dan cinta kasih. Pembelajaran yang kaku dan pelajaran sejarah Islam dalam bentuk cerita peperangan dan fikih yang kaku akan berdampak buruk pada perilaku anak dalam jangka panjang.

Guna mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai cita-cita negara yang tak kunjung tercapai, Yasmin melalui lembaganya tidak hanya mampu menciptakan gagasan-gagasan dalam dunia pendidikan, melainkan juga telah memiliki sekolah binaan yang seluruh siswanya gratis biaya pendidikan. Semua itu dapat terselenggara atas topangan bisnis barang bekas, hibah, infak, zakat dan sedekah. (Malik/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *