Ukhuwah
Menyikapi Sesama Muslim Beda Mazhab
Kendati kita berbeda dengan kalangan Sunni dalam masalah siapa khalifah pengganti Rasulullah saw (setelah wafat), kita tetap harus memandang seluruh muslimin sebagai saudara seagama kita. Ini mengingat Tuhan mereka sama dengan Tuhan kita (yaitu, Allah Swt), nabi kita sama (yakni, Nabi Muhammad bin Abdullah saw), kitab suci kita sama (al-Quran), dan kiblat kita juga sama (Kabah yang suci).
Dalam hal ini, kejayaan dan kemajuan mereka adalah juga kejayaan dan kemajuan kita. Keberhasilan dan kemenangan mereka adalah juga keberhasilan dan kemenangan kita. Begitu pula dengan kekalahan dan tercemarnya nama baik mereka adalah juga kekalahan dan tercemarnya nama baik kita. Kita harus berbagi dengan mereka, baik dalam suka maupun duka.
Dalam konteks ini, kita diilhami oleh apa yang pernah dilakukan pemimpin besar kita, Imam Ali bin Abi Thalib as, dengan penuh kearifan. Kalau memang ingin, beliau bisa saja mempertahankan haknya sebagai khalifah.
Namun demi kepentingan luhur Islam, beliau bukan hanya menahan diri (bahkan menarik diri) dari mempersoalkan tampuk kekhalifahan, tapi juga selalu memberi bantuan kepada mereka (para khalifah sebelum beliau) di saat-saat kritis. Beliau tak pernah ragu untuk melakukan tindakan tertentu demi kepentingan kaum muslimin.
Kita yakin bahwa satu-satunya jalan agar kaum muslimin sedunia dapat hidup sebagai bangsa yang tangguh, berhasil meraih kembali kejayaannya di masa lalu, dan mengakhiri dominasi asing adalah dengan menjauhkan kaum muslimin dari pertikaian dan perpecahan di antara mereka sendiri, mengkonsentrasikan energi mereka pada pencapaian tujuan, serta menyusun langkah padu bersama demi menyongsong kejayaan Islam dan kemajuan serta perkembangan kaum muslimin.
Abul Qashim al-Khui, Menuju Islam Rasional