Al-Quran dan Hadis
Tafsir Ayat Bismillahirrahmanirrahim [1/2]
Tafsir Ayat Bismillahirrahmanirrahim [1/2]
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan nama Allah yang Mahakasih dan Mahasayang
Aspek lahiriah ayat ini adalah keamanan, sementara batinnya adalah keimanan. Kata-kata dalam ayat ini adalah berkah, yaitu zikir kepada Allah yang Esa. Huruf-hurufnya berjumlah 19 yang sama dengan jumlah Asybahal-Khamsah (Ashab al-Kisa yang mengacu kepada lima manusia suci; Rasulullah saw, Imam Ali as, Sayyidah Fathimah as, al-Hasan as, dan al-Husain as) yang telah diciptakan Allah di alam cahaya sebelum penciptaan zaman dan masa. Karena itu, dalam sebuah riwayat disebutkan, “Barangsiapa membaca basmalah disertai ketundukan terhadap mereka (Ahlulbait), beriman pada lahir dan batin mereka, maka Allah akan memberikan sebuah kebaikan yang lebih besar ketimbang dunia dan seisinya sebagai ganjaran atas setiap huruf di dalamnya.”
Yakni orang-orang yang mengenal mereka (Ahlulbait) sebagai awal dan akhir penciptaan; bahwa kalau bukan karena mereka, kita tidak akan diciptakan; kalau bukan karena kedudukan mereka di sisi Allah, kita tidak akan beroleh rezeki; dan merekalah pemilik segala keutamaan dan kemuliaan.
Awal Penciptaan Cahaya Keluarga Muhammad
Terdapat sebuah riwayat tentang awal penciptaan mereka (Ahlulbait) yang tidak mungkin dicerna oleh siapapun, kecuali yang berhati bersih dan beragama lurus. Riwayat ini disebutkan oleh Syaikh Abu Ja’far al-Thusi sekaitan dengan firman Allah:
وَتَقَلُّبَكَ فِى ٱلسَّٰجِدِينَ
Dan Kami bolak-balikkan engkau di antara orang-orang yang bersujud, [QS. Asy-Syu’ara: 219] secara marfu’ kepada al-Fadhl bin Syadzan, dari Jabir bin Yazid bahwa Imam Musa al-Kadhim berkata, “Allah menciptakan cahaya Muhammad dari cahaya yang diciptakan-Nya dari sinar keagungan-Nya, yaitu cahaya Lahutiyah, yang ditampakkan oleh-Nya kepada Musa bin Imran di Thursina hingga dia jatuh pingsan. Tiada sesuatu pun yang diciptakan dari cahaya itu, kecuali Muhammad saw dan Ali as, sebagaimana disabdakan Rasul saw, ‘Aku dan Ali diciptakan dari sisi Allah dan tiada seorang pun yang diciptakan darinya.”
Beliau melanjutkan, “Muhammad dan Ali diciptakan dari satu pohon, sementara manusia-manusia lain diciptakan dari pohon-pohon yang berbeda. Allah menciptakan itu dengan kekuasaan-Nya dan meniupkan ruh ke dalamnya diri-Nya, dengan diri-Nya, dan untuk diri-Nya. Allah membentuk mereka (Muhammad saw dan Ali as) dan menjadikan mereka sebagai pengemban amanat saksi-Nya atas makhluk-makhluk-Nya, sebagai ‘mata’-Nya, dan sebagai ‘lisan’-Nya diantara mereka. Dia memberikan ilmu-Nya kepada mereka dan menitipkan hamba-hamba-Nya kepada mereka. Mengajarkan al-Quran kepada mereka dan memberitahu mereka tentang hal-hal yang ghaib. Dia jadikan salah seorang di antara mereka sebagai (penampakan kekuasaan) diri-Nya dan yang lain sebagai ruh-Nya. Salah seorang diantara keduanya tidak bisa berdiri tanpa selainnya. Secara lahiriah mereka adalah manusia, dan secara batiniah, mereka adalah lahutiyah, sampai mereka muncul dalam bentuk nasutiyah, sehingga para makhluk dapat melihat mereka. Mereka berdua adalah dua maqam Allah dan hijab Sang Pencipta. Penciptaan dimulai dengan mereka dan dengan mereka pula segala qadar hakikat diakhiri.”
“Kemudian, Allah mengambil (cahaya) Fathimah dari cahaya Muhammad, sebagaimana Dia mengambil cahaya Muhammad dari cahaya keagungan-Nya. Lalu, Dia mengambil cahaya Hasan dan Husain dari cahaya Ali dan Fathimah. Mereka diciptakan dari cahaya dan berpindah di antara sulbi-sulbi orang-orang saleh dan rahim wanita-wanita suci. Mereka tidak berasal dari air mani, bahkan mereka adalah cahaya-cahaya yang berpindah-pindah dalam diri orang-orang suci dan rahasia-rahasia Allah yang muncul dalam wajah-wajah para nabi as. Tuhan menempatkan mereka sebagai wakil-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Merekalah penakwil wahyu-Nya dan menyampaikannya kepada hamba-Nya. Kekuasaaan-Nya muncul dalam diri mereka. Melalui mereka, tanda-tanda-Nya bisa dilihat. Dengan mereka, Dia memperkenalkan diri-Nya. Dan dengan mereka, perintah-Nya ditaati. Kalau bukan karena mereka, Allah tidak akan diketahui. Sesungguhnya, Allah melaksanakan perkara-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.”[Bihar al-Anwar, jil 35, hlm. 27-28]
Selanjutnya Tafsir Surat al-Fatihah
Hafidz Rajab al-Bursi, 500 Ayat untuk Imam Ali bin Abi Thalib