Ikuti Kami Di Medsos

Sejarah

Khutbah Terakhir Rasulullah di Hadapan Para Sahabat

Ibnu Atsir  dalam Tarikh  al-Kamil meriwayatkan bahwa Rasulullah saw keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan kepala terikat sorban dan bersandar kepada busurnya.  Syaikh Mufid dalam al-Irsyad juga menuliskan… bahwa Rasulullah saw pergi ke masjid dalam keadaan kepala diikat dan tangan kanan bersandar kepada Amirul Mukminin as, sementara tangan kirinya bersandar pada Fadhl bin Abbas, lalu menaiki mimbar. Setelah memuji Allah Swt, beliau kemudian bersabda,

“Wahai para sahabatku, seorang nabi yang bagaimanakah diriku untuk kalian? Bukankah aku telah berjihad di tengah-tengah kalian, bukankah telah patah gigi depanku, bukankah telah tertutup debu keningku, bukankah darah telah mengalir di wajahku hingga memenuhi janggutku, bukankah aku telah menanggung berbagai kesulitan dan kerja keras bersama orang-orang bodoh dari kaumku, bukankah aku telah mengikatkan batu di perutku untuk menahan rasa lapar?”

Mereka menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah. Engkau telah bersabar untuk Allah dan telah melarang kemunkaran yang akan mendatangkan bencana dari Allah. Semoga Allah membalas engkau dengan balasan paling utama.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Tuhanku Azza Wajalla telah menetapkan dan telah bersumpah bahwa Dia tidak akan memperkenankan satu pun kezaliman. Karena itu, demi Allah, aku meminta dengan sangat kepada kalian, siapa saja dari kalian yang pernah menerima kezaliman dari Muhammad, silahkan menuntut balas. Sungguh, balasan di dunia lebih kusukai ketimbang balasan di negeri akhirat di hadapan para malaikat dan para nabi.”

Seorang lelaki dari kaum terjauh, bernama Sawadah bin Qais, berdiri dan berkata kepada Rasulullah saw, “Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu. Wahai Rasulullah, dulu, saat engkau datang dari Thaif, aku menyambutmu sementara engkau berada di atas punggung untamu al-ghadhba, sementara tanganmu menggenggam tongkat panjang. Engkau mengangkat tongkatmu dan hendak berangkat, lalu tongkat itu mengenai perutku. Aku tak tahu, apakah itu disengaja atau tidak.”

Rasulullah saw berkata, “Aku berlindung kepada Allah jika aku sengaja.”

Kemudian Rasulullah saw berkata kepada Bilal, “Hai Bilal, pergilah ke rumah Sayyidah Fathimah (as) dan ambilkan tongkat panjang itu.”

Bilal bergegas keluar dan berteriak di jalan-jalan sempit Madinah, “Hai manusia, siapa yang hendak memberi balasan (qishash) untuk dirinya sebelum Hari Kiamat. Inilah Muhammad saw yang akan memberi balasan (qishash) untuk dirinya sebelum Hari Kiamat.”

Bilal mengetuk pintu rumah Sayyidah Fathimah (as) seraya berkata, “Hai Fathimah (as), bangunlah, ayahmu menginginkan tongkat panjang.”

Sayyidah Fathimah (as) datang dan berkata, “Hai Bilal, apa yang hendak diperbuat ayahku dengan tongkat ini padahal saat ini bukan saat perang?”

Bilal berkata, “Wahai Fathimah (as), tidakkah engkau tahu ayahmu telah naik ke atas mimbar untuk berpamitan pada pengikut agama dan dunia?”

Mendengar itu, Sayyidah Fathimah (as) menangis seraya berkata, “Kesedihanku untukmu, wahai ayah. Siapa nanti yang akan membela orang-orang fakir, orang-orang miskin dan ibnu sabil, duhai kekasih Allah dan kekasih hati.”

Kemudian Sayyidah Fathimah (as) menyerahkan tongkat panjang itu kepada Bilal. Lalu Bilal keluar dan menyerahkan tongkat itu pada Rasulullah saw. Rasulullah saw kemudian berkata, “Mana orang tua itu?”

Sawadah berkata, “Aku di sini wahai Rasulullah, ayah dan ibuku jadi tebusanmu.”

Rasulullah saw berkata, “Ke sini, balaslah sampai engkau puas.” Orang tua itu berkata, “Singkapkan perutmu untukku, wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah saw pun memperlihatkan perutnya.

Orang tua itu berkata, “Biarlah ayah dan ibuku jadi tebusanmu, wahai Rasulullah. Apakah engkau mengizinkan aku mencium perutmu?” Rasulullah saw mengizinkannya.

Kemudian orang tua itu berkata, “Aku berlindung dengan bagian perut Rasulullah saw yang terkena qishash.”

Rasulullah saw bertanya, “Hai Sawadah bin Qais, apakah engkau akan memaafkan atau tetap mengqishash?”

Sawadah menjawab, “Tentu aku memaafkan, wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah saw berkata, “Ya Allah, ampuni Sawadah sebagaimana ia telah mengampuni Nabi-Mu, Muhammad.”

Syaikh Mufid menuliskan, saat menaiki mimbar dan duduk di atasnya, Rasulullah saw bersabda,

“Wahai manusia, telah tiba waktunya aku pergi dari tengah-tengah kalian. Siapa saja yang mempunyai tagihan janji di sisiku, silahkan datang, biarkan aku memberinya. Siapa saja yang punyai piutang atasku, tolong beritahu aku. Wahai manusia, tak ada sesuatu di antara Allah dengan seorang hamba yang menyebabkan Allah memberi kebaikan kepadanya Dan menyingkirkan keburukan darinya selain amal perbuatan. Wahai manusia, janganlah seorang penuntut hanya menuntut dan janganlah orang yang berharap hanya berharap. Demi Dzat Yang telah mengutusku dengan kebenaran, tidak ada yang dapat menyelamatkan seseorang kecuali amal perbuatan dengan rahmat. Sekiranya aku membangkang, niscaya aku binasa. Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan?”

Kemudian Rasulullah saw turun dari mimbar dan melaksanakan salat, lalu memasuki rumahnya. Dalam hadis lain disebutkan bahwa tatkala Rasulullah saw menderita sakit yang membawanya berpulang ke haribaan Kekasihnya, beliau keluar rumah dengan kepala diikat sambil berpegangan pada Amirul Mukminin as dan Fadhl bin Abbas. Sementara orang-orang mengikutinya. Kemudian Rasulullah saw berkata,

“Wahai manusia, telah tiba waktunya bagiku untuk pergi. Aku telah diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi penghuni Baqi’.”

Kemudian Rasulullah saw mendatangi dan memasuki pekuburan Baqi’, seraya berkata, “Salam sejahtera atasmu wahai penghuni tanah. Salam sejahtera atasmu wahai orang-orang yang berada di tempat terasing. Aku mengucapkan selamat dengan apa yang telah kalian alami sementara manusia lain belum mengalaminya. Sungguh, akan datang banyak fitnah tak ubahnya potongan-potongan malam yang gelap gulita. Fitnah pertama akan diikuti fitnah berikutnya.”

Kemudian Rasulullah saw memohonkan ampun bagi mereka, dan berlama-lama dalam memohonkan ampun. Setelah itu, Rasulullah saw kembali menaiki mimbar sementara orang-orang berkumpul di sekelilingnya. Rasulullah saw memuji Allah Swt, lalu berkata,

“Wahai manusia, telah tiba waktunya bagiku untuk pergi. Sesungguhnya Jibril telah mendatangiku. Biasanya setiap tahun Jibril membandingkan al-Quran denganku sebanyak sekali, namun tahun ini ia telah membandingkannya denganku sebanyak dua kali. Aku tak dapat mengatakan itu kecuali telah tibanya ajalku.

Siapa saja yang punya piutang atasku hendaknya menyebutkannya agar aku membayarnya. Siapa saja yang mempunyai tagihan janji di sisiku hendaknya menyebutkannya agar aku memberinya.

Wahai manusia, janganlah seorang penuntut hanya menuntut dan janganlah orang yang berharap hanya berharap. Demi Dzat yang telah mengutusku dengan kebenaran, tidak ada yang dapat menyelamatkan seseorang kecuali amal perbuatan dengan rahmat. Sekiranya aku membangkang niscaya aku binasa.”

Kemudian Rasulullah saw mengangkat wajahnya ke arah langit seraya berkata, “Ya Allah, aku telah menyampaikan.”

Hadis ini diriwayatkan kedua kalangan meski dengan redaksi berbeda-beda.

*Madinah Balaghah

 

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *