Berita
Sayyid Jawad Amili dan Tetangga Miskin
Seorang fakih, penulis buku Miftah al-Karamah, Sayyid Jawad Amili, bercerita.
Suatu malam, tatkala dirinya sedang makan malam, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seseorang. Ia segera beranjak dan membuka pintu. Ketika pintu terbuka, dilihatnya yang datang adalah pembantu Sayyid Bahrul Ulum.
Pembantu itu kemudian berkata, “Sayyid Bahrul Ulum sedang duduk di depan hidangan makan malam dan beliau menantikan kedatangan Anda.”
Sayyid Jawad pun pergi bersama pembantu itu ke kediaman Sayyid Bahrul Ulum. Setelah sampai, Sayyid Bahrul Ulum berkata, “Apakah Anda tidak takut kepada Allah, karena kurang berhati-hati!?”
“Wahai ustadz, apa yang telah terjadi?” tanya Sayyid Jawad.
“Ada seorang lelaki beriman yang dikarenakan kemiskinannya hanya mampu memberi makan keluarganya dengan kurma; itu pun ia dapatkan dari hasil berutang. Selama tujuh hari mereka tidak makan selain kurma! Hari ini ia pergi ke warung untuk berutang sesuatu,tapi ia merasa malu. Malam ini (Muhammad Najm Amili) dan keluarganya tidak memiliki sesuatu yang dapat dimakan. Anda makan dengan kenyang, sementara tetangga Anda amat membutuhkan makanan!” kata Sayyid Bahrul Ulum.
“Saya sama sekali tidak tahu,” jawab Sayyid Jawad.
“Jika Anda tahu dan enggan membantu, maka Anda adalah Yahudi atau bahkan kafir. Saya amat merasa sakit hati; kenapa Anda tidak memperhatikan kehidupan saudara seagama Anda?” kata Sayyid Bahrul Ulum.
“Sekarang pembantu saya akan membawa piring-piring berisi makanan ini dan pergilah bersamanya ke rumah lelaki miskin itu lalu katakanlah kepadanya bahwa ‘malam ini saya ingin sekali makan malam bersama Anda’. Letakkanlah kantung uang ini (120 riyal) di bawah tikarnya dan piring-piring ini tak usah dikembalikan.”
Sayyid Jawab pun pergi bersama pembantu Sayyid Bahrul Ulum menuju rumah Muhammad Najm Amili, dan melaksanakan apa yang diperintahkan gurunya.
Menerima kedatangan Sayyid Jawad, tetangga itu pun kemudian berkata,” Orang Arab tak mungkin membuat makanan semacam ini; katakana makanan ini dari siapa?”
Awalnya, Sayyid Jawad berusaha merahasiakan asal makanan itu. Namun setelah terus didesak akhirnya ia pun mengatakan bahwa makanan itu berasal dari Sayyid Bahrul Ulum.
Lelaki miskin itu kemudian bersumpah dan berkata, “Sampai detik ini, tak ada yang tahu keadaan saya selain Allah. Bahkan para tetangga dekat saya, apalagi mereka yang jauh. Kejadian ini sungguh menakjubkan.”
*Ali Sadaqat, 50 Kisah Teladan