Berita
Ahlulbait Nabi, Tiga Hari Berpuasa Tanpa Makan Sahur dan Berbuka
Allah Swt berfirman: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Mereka hanya berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih darimu. Sesungguhnya kami takut kepada Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.” Maka (karena keyakinan dan amal itu) Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (QS. al-Insan: 8-11)
Suatu hari, Imam Hasan as dan Imam Husain as sakit. Keduanya merupakan bunga hati Rasulullah saw. Ketika mendengar kabar sakitnya mereka, Nabi saw bersama sebagian sahabat menjenguknya dan mengisyaratkan Imam Ali as dengan berkata, “Wahai Abul Hasan, seandainya engkau bernadzar kepada Allah Swt untuk kesembuhan mereka, semoga Allah Swt memberikan kesembuhan pada mereka.” Kemudian Imam Ali as, Sayyidah Fathimah as, istrinya, dan budak perempuannya, Fiddah, bernadzar puasa selama tiga hari untuk kesembuhan Imam Hasan as dan Imam Husain as.
Tatkala Imam Hasan as dan Imam Husain as sembuh, mereka bermaksud menunaikan nadzarnya untuk berpuasa selama tiga hari. Namun tak ada makanan untuk berbuka. Imam Ali as meminjam sembilan kilogram gandum dari seorang Yahudi bernama Syam’un. Kemudian, Sayyidah Fathimah as membuat lima potong roti dari gandum itu sesuai jumlah mereka.
Saat tiba waktu berbuka, makanan pun diletakkan di hadapan mereka. Saat hendak menyantapnya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumah mereka dan berkata, “Assalamu‘alaikum wahai Ahlulbait Nabi, aku seorang Muslim yang miskin, berilah aku makanan. Semoga Allah memberi kalian hidangan surga!” Mendengar itu, mereka mengumpulkan roti tersebut dan memberikannya pada orang itu. Mereka melewati malam tanpa merasakan makanan apapun kecuali air.
Esok harinya, mereka kembali berpuasa. Mereka lalu menyiapkan beberapa roti untuk berbuka puasa. Saat tiba waktu berbuk, hidangan diletakkannya di hadapan mereka. Namun, sebelum makanan itu disantap, seseorang kembali mengetuk pintu rumah mereka dan berkata, “Aku anak Muslim dan yatim.” Ia berkata sebagaimana peminta sebelumnya. Mereka pun mengumpulkan makanan dan menyerahkan kepadanya. Mereka lag-lagi melewati malam kedua seperti malam pertama, tanpa menyantap makanan apapun.
Di hari ketiga, saat berbuka puasa tiba dan hendak menyantap hidangan yang masih tersisa dari simpanan mereka, terdengar ketukan pintu. Peminta kali ini adalah seorang tawanan. Ia meminta makanan mereka. Kemudian mereka melakukan apa yang dilakukan pada hari-hari sebelumnya dan memberikan roti kepadanya. Mereka kembali tidur di malam hari dalam keadaan perut lapar.
Pagi harinya, Imam Ali as menggandeng Imam Hasan as dan Husain as menghadap Rasulullah saw. Melihat mereka dalam keadaan gemetar karena kelaparan, Rasulullah saw berkata, “Melihat kalian membuatku bersedih!”
Rasulullah saw bersama mereka lalu bergegas menemui Sayyidah Fathimah as. Rasulullah saww menemukan putrinya dalam keadaan salat di mihrabnya. Punggung Sayyidah Fathimah as telah menyatu dengan perutnya akibat beratnya rasa lapar sehingga membuat matanya tenggelam (cekung). Nabi pun bersedih karenanya. Saat itulah Jibril turun kepada Nabi saw dan berkata,
“Terimalah wahai Rasulullah, Allah memberimu kabar gembira tentang Ahlulbaitmu.”
Kemudian Jibril membacakan ayat mulia:
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. (Mereka hanya berkata) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih darimu.”
Kemudian Rasulullah saw mengabarkan berita gembira kepada Ahlulbaitnya tentang turunnya ayat dan penghormatan Allah Swt kepada mereka dengan kedudukan dan kemuliaan ini.