Berita
Presiden Suriah: Pembunuhan adalah Modus Operandi AS
Presiden Suriah Bashar Assad mengatakan, pembunuhan adalah modus operandi rezim arogan Amerika Serikat (AS) untuk menyingkirkan lawan politik. Ini dibuktikan dengan niat Presiden AS Donald Trump melenyapkannya, seperti diungkap baru-baru ini.
Pada pertengahan September, Trump mengakui, di awal masa jabatan presidennya, ia ingin membunuh Assad. Tapi kepala Pentagon saat itu, Jim Mattis, membujuknya untuk tidak melakukan itu.
“Pembunuhan adalah modus operandi (rezim arogan) Amerika. Itu yang mereka lakukan sepanjang waktu, selama berpuluh-puluh tahun, di mana-mana, di setiap wilayah di dunia. Itu bukan sesuatu yang baru,” kata Assad pada media Rusia, Sputnik News, Kamis (8/10).
Presiden Assad mengatakan bukti rencana pembunuhan AS ‘terbukti dengan sendirinya’. Assad juga mengatakan, rencana-rencana itu ‘selalu ada, untuk berbagai alasan’.
“Kami telah memperkirakan situasi ini di Suriah, dengan konflik ini, dengan Amerika, mereka menduduki wilayah kami dan mereka mendukung teroris; itu sudah diprediksi, bahkan bila Anda tak punya informasi apapun, itu terbukti dengan sendirinya,” tambah Assad.
Assad mengaku tidak memiliki rencana mencegah pembunuhan untuk skenario tertentu. Ia hanya mengawasi perilaku AS secara umum.
“Tak ada yang dapat mencegah AS dari melakukan aksi atau tindakan keji kecuali ada keseimbangan internasional di mana Amerika Serikat tidak bisa lari dari kejahatannya, selain, AS akan terus melanjutkan aksi-aksi ini di wilayah lain dan tidak ada yang menghentikannya,” kata Assad.
Dalam kesempatan ini Assad ditanya, apakah selama masa jabatannya, ia pernah mengalami percobaan pembunuhan. “Saya tidak mendengar percobaan apapun, tapi seperti yang saya katakan, akan terbukti sendiri, AS melakukan banyak percobaan atau mungkin lebih tepatnya rencana,” katanya.
Dalam beberapa kesempatan, Donald Trump mengungkapkan niatnya untuk membunuh Presiden Suriah Bashar Assad secara terang-terangan seperti pada 2017, dalam wawancaranya dengan Fox & Friends.
Namun, presiden dari Partai Republik itu menuturkan niatnya dicegah menteri pertahanan saat itu, Jim Mattis. Dalam wawancaranya, Trump menerangkan, ia sudah punya persiapan untuk membunuh Bashar Assad, dan tinggal mengeksekusinya.
“Mattis tidak ingin melakukannya. Ia jenderal yang terlalu dilebih-lebihkan performanya. Jadi saya mendepaknya,” katanya dengan angkuh. Pengungkapan itu memperkuat laporan dari jurnalis veteran AS, Bob Woodward, dalam bukunya “Fear: Trump in the White House” pada 2018. Saat itu, presiden 74 tahun tersebut ingin melenyapkan Assad setelah menuding Assad (dengan tuduhan palsu) menggunakan serangan kimia kepada warga sipil pada April 2017. [republika / kompas]