Al-Quran dan Hadis
Telaah Hadis Hasad [7/7]
Hadis Ampunan Orang Hasad
Dalam beberapa hadis suci, diriwayatkan dari Nabi saw bahwa beliau menyebutkan sembilan perkara yang umatnya akan diampuni darinya; di antaranya hasad, selama tidak diwujudkan dalam kata-kata atau perbuatan. Hadis itu dan hadis-hadis sejenis lainnya, tentu tidak akan mencegah seseorang dari menumbangkan pohon jahat kedengkian dari dirinya dan membebaskan jiwanya dari api yang menggerogoti iman. Sebab, jarang terjadi kejahatan memasuki jiwa tanpa membiakkan berbagai keburukan di situ, tanpa menampakkan tanda-tandanya, dan tanpa merugikan iman seseorang.
Baca pembahasan sebelumnya Imam Khomeini: Telaah Hadis Hasad (6/7)
Disebutkan dalam sejumlah hadis sahih bahwa dengki menggerogoti dan membahayakan iman; bahwa Allah Swt tidak mengakui orang yang dengki dan tak akan berurusan dengannya. Jadi, satu hal yang merupakan sumber utama kerusakan dan mengancam se mua yang berharga bagi manusia tak boleh dianggap remeh karena gagal paham terhadap hadis Nabi saw ihwal diampuninya dosa hasad. Maka, sudah menjadi kewajibanmulah untuk menganggap persoalan itu dengan serius dan memotong cabang-cabangnya, serta berusaha membenahi dirimu. Jangan biarkan bisa beracunnya merasuki perilaku lahiriahmu karena akan melemahkan akar-akarnya dan mencegah pertumbuhannya. Dan, jika engkau meninggal dunia selama masa perbaikan clan perjuangan ruhaniah itu, engkau akan memperoleh rahmat Allah Swt. Dengan rahmat-Nya yang tak terbatas dan anugerah yang diberikan melalui kedudukan ruhaniah Nabi suci saw untuk memberi syafaat, engkau akan diberi ampunan. Percikan kemurahan llahiah akan membakar habis jejak-jejaknya yang masih ada dan jiwa akan dibersihkan serta disucikan.
Hadis berikut diriwayatkan Hamzah bin Humran.
Abu Abdillah (Imam Ja’far Shadiq) as berkata, “Tiga hal yang para nabi dan orang-orang dibawahnya tidak terbebas darinya: keraguan terhadap penciptaan, mengharapkan kemalangan bagi orang lain, dan dengki; hanya saja seorang mukmin tak pernah mendengki.”
Salah satu maknanya, semua itu paling kerap menjadi cobaan bagi rnereka, tanpa rnereka sendiri benar-benar menjadi sasaran penyakit kejahatan; atau makna hasad di sini adalah ghibthah (dengki yang terbebas dari kehendak buruk); atau yang dimaksud adalah kecenderungan yang menginginkan hilangnya beberapa keuntungan yang dimilik orang-orang kafir yang rnenyebarkan kepercayaan keliru. Sebaliknya, para nabi dan para wali Allah terbebas dari segala noda hasad dalam makna yang sesungguhnya.
Hati yang dicernari keburukan moral dan kotoran batin tak akan mampu menerima bisikan llahiah, sifat Tuhan, dan cahaya Zat-Nya. Jadi, hadis ini harus ditafsirkan dengan cara yang ditunjukkan di atas atau dengan cara lain, atau harus dikembalikan pada konteksnya. Shalawat dan salam Allah atasnya: Dan segala puji bagi Allah di awal dan di akhir.
Imam Khomeini, 40 Hadis, Telaah Hadis Akhlak dan Mistik