Kisah
Majlisi dan Ahli Maksiat
Suatu hari, seorang pedagang datang tergopoh-gopoh menghadap Allamah Majlisi. Kemudian ia mengadu, “Aku mengalami kesulitan. Teman-temanku (para ahli maksiat) akan datang ke rumahku malam ini. Kedatangan mereka sangat merepotkanku, karena aku harus menyediakan sarana maksiat dan dosa untuk mereka. Menurut Anda, apa yang harus kulakukan?”
“Aku akan datang ke rumahmu lebih awal sebelum mereka,” Jawab Allamah Majlisi.
Selepas matahari tenggelam, Allamah Majlisi menunaikan shalat maghrib dan isya. Kemudian beliau bergegas ke rumah pedangang itu sebelum tamu-tamunya datang.
Tak lama berselang, tamu-tamu itu berdatangan. Saat mereka melihat Allamah Majlisi di rumah pedagang itu, mereka pun jengkel. Sebab dengan adanya Allamah Majlisi, mereka tak mungkin berbuat maksiat dan melakukan apa yang mereka mau.
Allamah Majlisi membuka obrolan dengan bertanya kepada mereka, “Apa jalan hidup kalian?”
Salah satu dari mereka dengan nada gusar menjawab, “Jalan hidup kami lebih mulia dari jalan hidup Anda!”
“Bagaimana mungkin?” tanya Majlisi.
“Jalan hidup kami kesetiaan. Siapapun yang berbuat baik pada kami, maka kami tidak akan mengkhianatinya sampai akhir hayat. Ya, prinsip hidup kami adalah kesetiaan dan membalas kebaikan,” jawab salah seorang dari mereka.
Masjlisi terdiam sejenak, lalu berkata, “Jika kalian menjunjung tinggi nilai kesetiaan, sejauh mana kalian membalas kebajikan Allah? Apabila seseorang berbuat baik kepada Anda, maka Anda berjanji untuk tidak mengkhianatinya karena kebaikan itu untuk selamanya. (Ketahuilah), kebaikan manusia bersifat sementara, sedangkan kebaikan Allah tidak hanya dirasakan satu-dua hari, tapi 40 atau 60 tahun, dan seterusnya. Anda mengaku menganut prinsip kesetiaan; apa yang telah Anda lakukan di hadapan pelbagai kebaikan Allah? Apakah Anda telah bersyukur kepada-Nya? Apakah Anda benar-benar menyembah-Nya? Bukankah Anda malah bermaksiat kepada-Nya dan melanggar perintah-nya?”
Setelah Allamah Majlisi menyampaikan nasihat itu, satu persatu dari mereka beranjak pergi. Majlisi pun ikut beranjak meninggalkan rumah pedagang itu.
Saat tiba waktu subuh, Majlisi mendengar ketukan pintu di depan rumahnya. Ketika dibuka, ternyata ia salah seorang tamu pedagang tadi. Ia datang ke rumah Majlisi untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus.
Ringkasnya, ia meminta maaf seraya berkata, “Aku telah menghabiskan umurku dalam kelalaian. Semalam, aku sadar, kami telah melupakan segala kebaikan Allah. Sekarang, aku ingin bertaubat dan kembali kepada-Nya.”
Majlisi bersikap lembut kepadanya dan mengajaknya masuk ke rumah. Lalu, beliau menjelaskan jalan taubat. Beliau berkata, “Bertekadlah untuk meninggalkan dosa, qadha-lah shalat dan puasa yang pernah Anda tinggalkan, dan laksanakanlah kewajiban dari Tuhan, Pengatur alam semesta. Jika Anda bertekad membalas kebaikan Allah, jalankanlah perintah-Nya dan tinggalkanlah larangan-Nya.”
*Ahmad & Qasim Mir Khalaf Zadeh, Kisah-Kisah Allah