14 Manusia Suci
Siapa Mahdi?
Mahdi bukan saja termasuk kepercayaan Islam. Tapi juga perlambang aspirasi yang dihormati manusia, terlepas perbedaan ajaran agama mereka. Mahdi juga perwujudan suatu inspirasi yang mendidik. Melaluinya, manusia, bagaimana pun bentuk ikatan keagamaan nya, belajar menanti suatu masa dari misi Ilahiah, dengan seluruh implikasinya, akan menggapai tujuan akhir dan perjalanan melelahkan melintas sejarah yang mencapai puncaknya dengan cara memuaskan, dalam keadaan damai dan tenang.
Kesadaran ihwal masa depan yang dinanti ini tak terbatas pada umat yang mempercayai fenomena gaib. Tapi juga tercermin pada ideologi-ideologi dan kultus yang sama sekali menyangkal perkara gaib. Umpama, materialis-dialektis yang menerjemahkan sejarah berdasarkan kontradiksi; percaya bahwa kemenangan akan datang bila seluruh kontradiksi hilang sehingga kedamaian serta ketenangan menyeluruh akan muncul. Jadi, kesadaran yang dirasakan sepanjang sejarah menjadi salah satu pengalaman psikologis paling luas dan umum.
Agama, yang mendorong kesadaran umum serta menekankan bahwa lambat laun dunia akan dipenuhi keadilan dan persamaan setelah dipenuhi kezaliman dan penindasan, memberi suatu nilai nyata dan mengubah kesadaran umum rnenjadi kepercayaan aksiomatis tentang nasib manusia di masa mendatang. Kepercayaan ini bukan suatu hiburan, melainkan sumber kebajikan dan kekuatan. Disebut sumber kebajikan, karena kepercayaan pada Mahdi bermakna menghapus sama sekali kezaliman dan penindasan di muka bumi.
Baca juga Biografi Singkat Al-Mahdi afs
Dikatakan sumber kekuatan tiada habisnya karena kepercayaan ini memberi harapan yang memungkinkan manusia melawan frustrasi; seberapa pun keras rasa putus asa dan kesedihan yang mungkin dialami. Kepercayaan akan adanya hari yang ditentukan ini membuktikan bahwa kekuatan keadilan dapat merajai dunia yang penuh kezaliman dan penindasan, demi membangun kembali tatanan dunia. Betapa pun kezaliman merajalela, dominan, dan meluas, namun keadaan itu bukanlah yang semestinya dan lama kelamaan akan terhapus. Setiap orang teraniaya dan bangsa tertindas punya harapan besar bahwa mereja masih mungkin mengubah keadaannya.
Sifat Universal Wujud Mahdi
Kendati konsep Mahdi lebih tua dari Islam, serta lebih luas tersebar melampaui umat Muslim, namun wajahnya yang terperinci seperti yang ditegaskan Islam, lebih lengkap dari seluruh aspirasi yang pernah ada sejak fajar sejarah. Ciri-ciri itu sangat sesuai dengan perasaan dan sentimen kaum tertindas dan teraniaya sepanjang masa. Ciri-ciri lslamlah yang memberi bentuk nyata pada gagasan abstrak itu. Kita tak perlu mengharapkan sosok juruselamat tak dikenal yang mungkin datang ke dunia di masa depan yang jauh. Juruselamat itu sudah hadir di dunia; maka kita hanya harus menanti hari yang sudah matang bagi Imam untuk muncul dan memulai tugas agungnya.
Mahdi bukan gagasan lagi. Ia juga bukan lagi ramalan. Kita tak perlu menanti kelahirannya. Ia benar-benar sudah eksis, dan kita hanya menanti pelantikan perannya.
Beliau itu wujud khusus yang hidup di antara kita dalam bentuk manusia biasa yang ikut merasakan harapan dan kekecewaan, kesenangan dan kesedihan kita. Beliau menyaksikan semua tindakan penindasan, penganiayaan, dan kezaliman yang dipraktikkan di muka bumi, yang dengan cara tertentu, beliau sendiri juga turut menderita karenanya. Dengan gelisah, beliau menanti saatnya tiba untuk memberi pertolongan pada setiap orang yang telah dizalimi serta menghapuskan seluruh kezaliman dan penindasan.
Kendati hidup di antara kita, yakni sedang menanti masa kemunculannya, namun Imam Mahdi as diperintahkan Tuhan untuk tidak menyatakan diri atau menyingkapkan identitasnya.
Saat kita disuruh percaya bahwa Mahdi adalah pribadi khusus yang sedang menjalani kehidupan biasa, kita diharapkan mempercayai bahwa gagasan penghapusan setiap jenis kezaliman dan penindasan yang mutlak oleh Mahdi telah terwujud dalam pribadi Imam Mahdi as yang akan muncul itu. Sementara beliau akan sesuai dengan hadis yang mengatakan, “Tidak terikat oleh janji apapun pada penguasa zalim.” Mempercayai Mahdi berarti mempercayai penghapusan seluruh kejahatan dalam bentuk yang nyata.
Hadis ini mendorong orang yang beriman kepada Mahdi untuk tetap menantinya dan terus mengharapkan kemunculannya. Gagasan ini untuk membentuk suatu ikatan dan hubungan spiritual yang erat antara orang beriman di satu sisi dan di sisi lain, Imam Mahdi as serta semua yang dipertahankannya.
Jadi, kita menemukan bahwa konsep tentang Mahdi yang hidup memberikan dorongan baru terhadap gagasan tentang sosok juruselamat yang dinanti. Ini telah menjadikan konsep itu sumber kekuatan yang efektif serta penghibur setiap orang yang menderita akibat kehilangan hak dan kezaliman. Orang menolak semua bentuk kezaliman karena merasa bahwa Imam dan pemimpinnya, yang sezaman dan hidup, bukan gagasan waktu mendatang, ikut menderita dan merasakan kesengsaraannya.
Namun konsep ini, karena di luar imajinasi dan paham sejumlah orang, telah menyebabkan mereka mengambil sikap negatif tehadap gagasan Mahdi ini.
Ayatullah Baqir Sadr, al-Mahdi