Berita
Ciri Syiah: Wara’ dan Takwa
Ciri Syiah: Wara’ dan Takwa
Tak ada wasiat lain yang sangat ditekankan para imam suci Ahlulbait as bagi sy’iah (syiah; pengikut dan pecinta) mereka selain ketakwaan dan wara’ (bersikap hati-hati demi menjauhkan diri dari dosa dan maksiat kepada Allah Swt). Bahkan, mereka yang disebut “syiah” niscaya berpegang teguh pada ketakwaan dan wara’; merekalah yang paling dekat dan istimewa kedudukannya di sisi Ahlulbait as.
Sebab, kesyiahan bermakna mengikuti dan meneladani para imam suci Ahlulbait as. Maka, barangsiapa ingin mengikuti dan meneladani Ahlulbait as, tak ada jalan lain kecuali melewati jalan ketaatan kepada Allah Swt, bersikap wara’ dan bertakwa.
Abu Shabâh Kinani berkata, “Aku berkata pada Abu Abdillah (Imam Ja‟far) as. Di Kufah, kami dicemooh lantaran (mengikuti tuan), kami diolok-olok sebagai ‘ja’fariyah’.‟ Imam as kontan murka dan bersabda, “Sesungguhnya pengikut Ja’far di antara kalian itu sedikit. Sesungguhnya pengikut ja’fa itu besar kehati- hatiannya dan berbuat untuk akhiratnya.”
Seorang syiah menjadikan para manusia suci pilihan Allah Swt sebagai panutan, pemimpin, dan imam. Para imam adalah hamba Allah Swt yang telah mencapai derajat sangat tinggi di sisi Allah Swt disebabkan ketakwaannya. Maka dari itu, mereka yang mengikuti para imam Ahlulbait as paling berhak menghias diri dengan ketakwaan dan wara’.”
Bassâm berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah as bersabda, ‘Yang paling berhak bersikap wara’ adalah keluarga Muhammad dan Syiah mereka.’”
Berkat didikan para imam suci Ahlulbait as, seyogianya para syiah Ahlulbait menjadi seperti yang disabdakan Imam Ja’far as, “Syiah kami ahli/penyandang wara’ dan bersungguh-sungguh dalam ibadah, pemilik ketenangan/keanggunan dan amanat, penyandang zuhud dan rajin beribadah. Pelaksana shalat lima puluh satu rakaat dalam sehari semalam. Berdiri (mengisi malam dengan shalat), puasa di siang hari, dan beribadah haji ke tanah suci… dan mereka menjauhkan dri dari setiap perkara yang haram.”
Imam Ja’far as juga bersabda, “Demi Allah, tiada syiah Ali as kecuali orang yang menjaga perut dan kemaluannya, berbuat demi Tuhannya, mengharap pahala-Nya, dan takut atas siksa-Nya.”
Dalam sabda lain, Imam Ja’far as mengarahkan syiah beliau, “Wahai syiah Âlu (keluarga) Muhammad saw, sesungguhnya bukan dari kami orang yang tidak menguasai nafsunya di saat marah….”
Para imam Ahlubait as tidak merasa puas terhadap syiah mereka apabila di suatu kota masih terdapat selain mereka yang lebih berkualitas dalam hal ketaatan dan ketakwaan. Syiah Ahlulbait as harus menjadi anggota masyarakat paling unggul dalam berbagai kebaikan. Imam Ja’far as bersabda, “Tidak termasuk syiah kami, orang yang tinggal di suatu kota yang terdiri dari ribuan anggota masyarakat, sementara di kota itu terdapat seseorang yang lebih wara’ darinya.”
Dengan ber-wilayah, mengakui imamah Ahlulbait as, dan mengikuti ajaran mereka, kaum syiah sudah berada di jalan mustaqîm dan di atas agama Allah Swt. Karenanya, yang penting bagi syi’ah sekarang adalah memperbaiki kualitas amal dan akhaknya. Kulaib bin Muawiyah Asadi berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah (Imam Ja’far) as berkata, “Demi Allah, kalian benar-benar berada di atas agama Allah Swt dan agama para malaikat-Nya, maka bantulah aku dengan wara’ dan kesungguhan dalam beribadah. Hendaknya kalian konsisten shalat malam dan beribadah. Hendaknya kalian konsisten berpegang pada wara’.”
Memelihara hati agar selalu ingat kepada Allah Swt; perintah dan larangan-Nya juga menjadi sorotan perhatian para imam suci Ahlulbait as. Penulis kitab Bashâir ad-Darâjât meriwayatkan dari Murazim bahwa Imam Ali Zainal Abidin as berkata kepadanya, “Hai Murazim, bukan syiah kami, orang yang menyendiri kemudian tidak menjaga hatinya.”
Diriwayatkan bahwa seseorang berkata kepada Imam Husain as, “Wahai putra Rasulullah saw, aku syiahmu.” Imam pun menjawab, “Syiah kami adalah orang yang berhati-hati, selamat/bersih dari segala pengkhianatan, kedengkian, dan makar.”
Imam Ja’far as juga berkata, “Bukan termasuk syiah kami, orang yang berkata dengan lisannya namun menyalahi kami dalam amal-amal dan tindakan kami. Syiah kami adalah orang yang membenarkan kami dengan lisan dan hatinya serta mengikuti tindakan-tindakan kami dan beamal dengan amal kami. Merekalah syiah kami.”
Hadis tersebut merupakan pendefinisi sempurna bagi siapa sejatinya syiah Ahlulbait as itu. Dus membuyarkan angan-angan dan klaim-klaim sebagian pihak yang mengaku sebagai syiah, namun dari segi ajarannya tidak bersumber dari Ahlulbait as, dan dalam beramal tidak meneladani Ahlulbait as.
*Jakfari WordPress: Nasihat Para Imam Ahlulbait as untuk Kaum Syiah
Baca juga : Peringati Milad Imam Ali bin Abi Thalib, Muslimah ABI Balikpapan dan Samarinda Bagikan 150 Nasi Kotak