Berita
Jenis Kebodohan dan Kiat Mengobati (1/3)
Sifat buruk manusia di antaranya adalah bodoh, angan-angan, dan was-was. Manusia memandang “yakin” sebagai sifat sedemikian tinggi. Sebaliknya, manusia menganggap kebodohan sebagai sifat rendah dan hina. Cukup sebagai bukti ihwal rendah dan hinanya kebodohan adalah saat seseorang merasa sakit dan terhina manakala disebut bodoh.
Kebodohan terbagi alam tiga jenis: kebodohan sederhana, keraguan, dan kebodohan ganda. Pada tulisan kali ini, kita akan membahas soal kebodohan jenis pertama, yakni kebodohan sederhana (al-jahl al-basith) dan kiat mengobatinya.
Kebodohan sederhana berarti tidak adanya ilmu. Sebagai contoh, orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Demikian pula dengan orang yang bisa membaca dan menulis namun tidak mengetahui hukum-hukum agama. Kebodohan semacam ini disebut “kebodohan sederhana” yang menjadi aib dan kekurangan bagi seorang muslim.
Orang yang tidak dapat membaca dan menulis berarti tidak mempunyai pengetahuan yang bersifat umum. Jelas, ini merupakan kekurangan bagi laki-laki dan perempuan. Seorang muslim setidaknya wajib belajar membaca dan menulis, dus wajib mengetahui secara umum perihal agamanya. Ia wajib mengetahui masalah-masalah yang menjadi kebutuhannya secara terus menerus. Mereka wajib mengetahui pelbagai masalah yang terdapat dalam risalah amaliyah, dan mengetahui apa-apa yang maktub dalam al-Quran. Terutama yang berkenaan dengan cara membaca al-Quran secara benar.
Misalnya seorang lelaki wajib mempelajari pola pergaulan dan perilaku dalam rumah tangga. Seorang wanita juga wajib mempelajari bagaimana bergaul dan berperilaku dalam rumah tangga sebagaimana yang dikehendaki Islam. Tak hanya itu, seorang muslim wajib mengetahui ushuluddin dan bagaimana berargumentasi atasnya sesuai keadaan dirinya. Seorang muslim harus senantiasa dalam keadaan mencari ilmu sebagaimana perintah Rasulullah saw dalam hadisnya, “Carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur.”
Lantaran terdapat perbedaan besar di antara orang yang bisa membaca dan menulis dengan yang tidak bisa, juga antara orang yang mengetahui urusan-urusan agamanya dengan yang tidak mengetahuinya, maka pelajarilah hal-hal umum dan pengetahuan Islam yang bersifat umum.
Cara mengobati kebodohan sederhana telah diketahui, yaitu mencari ilmu hingga sampai dirinya tahu. Hadis Nabi saw menyatakan, “Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.” Adalah keliru jika meyakini bahwa perbuatan lebih utama dari mencari ilmu. Sebab, itu merupakan sunah Nabi saw. Seorang muslim wajib mengulurkan tangannya pada muslim lainnya yang sedang belajar, untuk mempelajari pelbagai urusan agama darinya dan tidak meninggalkannya hingga dirinya mempelajarinya.
Rasulullah saw tidak merasa cukup hanya dengan menyaksikan seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat. Beliau juga memerintahkan kita mengerjakan salat dan mengetahui hukum-hukum salat, mengerjakan puasa dan ibadah puasa punya hukum-hukumnya. Kita juga harus menampakan keislaman kita dengan amal perbuatan karena seorang muslim tanpa amal perbuatan tak akan beroleh manfaat .
Keyakinan tanpa amal perbuatan tidaklah bermanfaat; demikian pula, amal perbuatan tanpa keyakinan tidaklah bermanfaat, sehingga mau tak mau keduanya harus ada. Jika seseorang hendak mengerjakan salat, sementara dirinya tidak mengetahui hukum-hukumnya, niscaya salatnya batal. Iman kita harus kuat dan teguh sehingga sulit bagi setan untuk merampasnya. Jika ingin iman anda kuat dan teguh, Anda harus mengetahui pelbagai urusan agama dan mengunjungi masjid-masjid serta mimbar mimbar.
Para ibu, kalian harus mengetahui pelbagai urusan agama. Para bapak, kalian harus mengetahui masalah-masalah agama. Dalam surah al-’Ashr, dikatakan bahwa di samping harus menjadi orang yang mengetahui pelbagai urusan agama, kalian juga harus melakukan amar makruf dan nahi mungkar, belajar dan mengajari istri dan anak-anak kalian, dus mengajari teman-teman kalian. Inilah sekilas pembahasan yang berkaitan dengan kebodohan sederhana.
*Husain Mazhahiri. Membentuk Pribadi, Menguatkan Ruhani: Bimbingan Islam dalam Memunculkan Sifat Terpuji dan Mengikis Sifat Tercela