Berita
Putri Bungsu Imam Husain Syahid dalam Duka
Sebagaimana tercatat dalam banyak buku sejarah, Yazid bin Muawiyah menempatkan Ahlulbait Nabi saw sebagai tawanan di salah satu perkampungan miskin. Para tawanan wanita berusaha menyembunyikan kabar kesyahidan Imam Husain as beserta keluarga dan sahabatnya dari putra putri mereka. Jika putra-putri itu menanyakannya, mereka akan mengatakan bahwa ayah mereka sedang pergi jauh.
Imam Husain as sendiri memiliki anak perempuan yang masih berusia empat tahun. Namanya Sayyidah Ruqayyah.
Suatu ketika, Yazid bin Muawiyyah memindahkan para tawanan ke rumahnya sendiri. Suatu malam, Sayyidah Ruqayyah yang balita itu terbangun dari tidurnya. Ia terlihat sangat cemas dan bertanya-tanya tentang ayahnya.
“Dimanakah ayahku yang baru saja kulihat?” tanyanya dengan wajah bingung.
Mendengar itu, para wanita dan tawanan lain kontan menangis, yang diikuti anak-anak. Suara tangisan dan rintihannya sangat keras dan memilukan. Akibatnya Yazid langsung terbangun dan bertanya,
“Dari mana datangnya jeritan dan tangisan itu?”
Ia bergegas keluar kamar, berusaha mencari sumber suara tangisan itu. Setelah beberapa lama berputar-putar mencari, ia pun diberitahu bahwa tangisan itu berasal dari tawanan Ahlul Bait Nabi as.
Ia lantas memerintahkan, “Bawa kepala ayahnya kepada anak itu!”
Prajuritnya segera mengambil kepala suci Imam Husain as, menutupinya dengan kain, dan meletakkannya di hadapan anak perempuan yang masih balita itu.
“Apa ini?” tanya putri Imam Husain as.
“Ini kepala ayahmu!” jawab para prajurit.
Putri Imam as kemudian membuka penutup kepala ayahnya. Saat tatapan matanya jatuh ke kepala suci itu, ia seketika menjerit dengan sangat memilukan. Tubuhnya berguncang-guncang dan menjerit sejadi-jadinya.
“Wahai ayah, siapakah yang telah mewarnaimu dengan darahmu sendiri? Siapakah yang telah memotong urat-urat lehermu? Wahai ayah, siapakah yang telah membuatku yatim saat masih kecil seperti ini? Wahai ayah, setelah engkau tiada, kepada siapa kuikatkan hatiku ini? Siapa yang akan membesarkan anak yatimmu ini? Wahai ayah, siapakah orang yang akan jadi penjaga dan penghibur wanita-wanita dan tawanan ini? Kuharap aku bisa menjadi tebusanmu, kuharap aku menjadi buta, kuharap aku terkubur dalam pasir daripada melihat janggutmu yang bersimbah darah!”
Kemudian, bibir mungil gadis kecil itu menciumi bibir ayahnya dan menangis terisak hingga tak sadarkan diri. Semua cara dikerahkan untuk membuatnya siuman. Tapi, semua itu sia-sia. Akhirnya dengan cara seperti inilah putri tercinta Imam Husain as menjadi syahidah di Damaskus.
Ali Nazari Munfarid, Karbala: Kisah Kesyahidan Cucu Nabi SAW al-Husain as