Berita
Kisah Wanita Tawanan Karbala, Sukainah binti Husain
Pasca Peristiwa Asyura, Sukainah dan para wanita lainnya ditawan dan digiring ke Kufah dan Suriah bersamaan dengan para tawanan lainnya. Ia bersama dengan para tawanan menjelaskan kejahatan dan perilaku busuk Bani Umayyah dan kemadzluman Ahlulbait as.
Dinukilkan bahwa pada tanggal 11 Muharam, Sukainah berlari menghampiri jenazah ayahandanya dan memangkunya, kemudian mulai meratapi jenazah ayahandanya. Ia melanjutkan cakap-cakap dengan jenazah ayahanda dan syuhada lainnya hingga sekelompok pasukan Umar bin Sa’ad menghampiri Sukainah dan dengan paksa memisahkan Sukainah dari jenazah ayahandanya dan menyeretnya ke arah para tawanan yang lainnya untuk digiring ke Kufah.
Hari-hari ketika Ahlulbait as ditawan di Suriah, dilalui dengan sangat sulit oleh Sukainah dan para tawanan wanita keluarga Ahlulbait as. Keadaan yang paling susah dan sulit adalah hari ketika para tawanan itu memasuki Suriah.
Terkait dengan bagaimana masuknya keluarga Ahlulbait as ke Suriah digambarkan oleh salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw, Sahl bin Sa’ad Sa’idi, ia berkata: Pada hari masuknya para tawanan ke Suriah aku melihat kepala seorang laki-laki yang ditancapkan pada tombak yang memiliki wajah sangat mirip dengan Nabi Muhammad saw dan dalam barisan itu aku melihat seorang gadis yang menaiki unta tanpa pelana. Aku bergegas menghampirinya dan aku berkata:” Anakku, siapakah gerangan dirimu?” Tanyaku.
“Aku adalah Sukainah binti Husain as”. Jawabnya.
Aku berkata: “Apa yang bisa aku bantu? Aku adalah Sahal bin Sa’ad, sahabat Nabi saw yang melihat dan mendengar perkataan kakekmu”.
Ia berkata: “Wahai Sahal! Jika memungkinkan, mintalah kepada mereka untuk menjauhkan kepala itu dari barisan kami sehingga masyarakat akan sibuk memandangi kepala itu dan akan berkurang dalam memandangi kami.
Sahl Sa’idi berkata: “Aku sendiri yang akan membawa kepala suci itu, apakah mungkin bagimu memenuhi hajatku bahwa engkau mengambil untuk setiap hajat yang aku miliki dengan 40 dinar emas merah (400 dinar)?”
Apakah hajatmu?” Tanyanya. Aku menjawab: “Ambil uang ini dan aku akan mengambil kepala itu kemudian akan ku bawa jauh dari para wanita itu. Laki-laki itu menerimanya lalu menjauhkan kepala itu dari orang-orang bengis itu.” (Al-Khawarizmi, al-Muwaffaq bin Ahmad, Maqtal al-Husain, hlm. 60-61)
Imam Baqir as meriwayatkan bahwa para tawanan Ahlulbait as masuk ke istana Yazid dengan muka terbuka dan pada siang hari. Orang-orang Kufah saling membicarakan keadaan tawanan dan berkata: “Kami belum pernah melihat tawanan secantik ini. Siapakah gerangan mereka? Ketika itu, bibiku Sukainah dengan suara lantang berkata: “Kami adalah para tawanan, keluarga Muhammad saw”. [Syaikh Shaduq, al-Amāli, hlm. 166]
Setelah selesai masa penawanan, Sukainah pun kembali ke Madinah bersama dengan rombongan tawanan. ia bersama dengan para wanita Ahlulbait as sibuk menjelaskan dan mengungkap kejahatan-kejahatan Bani Umayyah dan pengkhianatan-pengkhiatan serta kebrutalan-kebrutalan mereka pada Peristiwa Karbala kepada para penduduk Madinah dan lainnya sehingga ingatan masyarakat Madinah akan kejahatan Bani Umayah akan tersimpan di pikiran mereka. Syair-syair yang dilantunkannya dalam mengenang Sayid al-Syuhada masih tetap ada dan merupakan dalil atas kebenaran perkataan ini. Oleh sebab itu, pihak penguasa tidak menyukai kehadirannya di Madinah dan atas perintah Yazid bin Muawiyah, ia bersama dengan bibinya, Zainab sa diusir dari Madinah dan pergi ke Mesir.
Berdasarkan nukilan dari sebagian sumber sejarah, Sukainah binti Husain sa dan saudarinya, Fatimah binti Husain sa dan sebagian para wanita Bani Hasyim pergi ke Mesir bersama dengan Sayidah Zainab sa. Mereka bergerak semenjak bulan Rajab dan sampai di Mesir, mereka mendapatkan sambutan hangat dari Mualamah bin Mukhalid, gubernur Mesir dan juga para pembesar Mesir. [Yahya bin Hasan bin Ja’far, Akhbār al-Zainabiyat, hlm. 119]
Sumber wikishia