Berita
‘BIMA SAKTI’: Solo Harus Damai, Tolak Intoleransi!
Barisan Solidaritas Masyarakat Surakarta untuk Indonesia Damai (BIMA SAKTI) menggelar kirab dan aksi damai pada Minggu (30 Agustus 2020) lalu. Aksi itu ditujukan untuk membuktikan kepada masyarakat luas bahwa warga Solo menginginkan kedamaian, hidup rukun, dan saling menghormati.
“Ini adalah bentuk perhatian kami, seruan kami kepada masyarakat kota Solo pada khususnya dan kepada Indonesia pada umumnya, bahwa kota kami ini adalah kota yang ayem tentrem,” kata inisiator acara itu, Kusumo Putro.
“Di mana warga kami saat ini sudah mulai terusik, dengan banyaknya aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok untuk kepentingan politik,” tambahnya.
Maka dari itu, lanjutnya, ia Bersama warga Solo menolak segala bentuk kegiatan oleh kelompok mana pun dalam bentuk apapun yang tujuannya berusaha merusak persatuan dan kesatuan kota Solo.
Apakah kirab dan aksi damai ini dipicu penyerangan terhadap acara midodareni di kampung Metrodanan, Pasar Kliwon, awal Agustus ini?
“Kami tidak menunjuk kelompok mana pun. Tapi yang pasti siapa pun, kegiatan apapun yang ada di kota Solo ini, yang tujuannya untuk mempora-porandakan persatuan, kesatuan, dan membuat gaduh di kota kami, maka kami sepakat untuk menolaknya,” jawab Kusumo.
Seperti yang tersiar di banyak media sebelumnya, telah terjadi tindakan penyerangan acara midodaren di kota Solo awal bulan ini yang menyebabkan kegaduhan di kota Solo.
Usai pelaksanaan kirab ini, Kusumo mengatakan akan melanjutkan dengan konsolidasi di seluruh jajaran elemen di kota Solo, dan melakukan evaluasi. Kegiatan kirab pada minggu ini memang yang pertama kali dilaksanakan. Namun, Kusumo menjanjikan akan menggelar kirab selanjutnya sampai kota Solo menjadi aman dan damai.
“Jika ternyata masih ada kegaduhan di kota kami, maka kami akan mengadakan kegiatan kami yang ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya, sampai kota kami ini aman. Sampai kota kami tenang. Sampai warga kami tenang bekerja,” katanya.
Kirab ini diikuti oleh 78 elemen masyarakat. Mulai dari tukang becak, PKL, paguyuban pedagang Pasar Klewer, Banser, KNPI, dan berbagai ormas dan elemen masyarakat lain. Acara yang diikuti sekitar 1.500 orang ini dimulai pukul 14.00 WIB dari Kawasan Ngarsopuro hingga ke Bundaran Gladak, yang merupakan jantung kota Solo.
“Tujuan kami, ingin kota Solo itu damai, itu saja,” kata Kusumo. “Sebab, hidup rukun itu adalah ruh kota kami.”
Kirab minggu ini juga mengeluarkan pernyataan sikap berisi tujuh poin berikut.
- Kami warga kota Solo asli menginginkan kedamaian dan kondusivitas kota Solo.
- Kami warga kota Solo asli adalah warga yang cinta damai, saling menghargai dan menghormati segala perbedaan, rukun, bermartabat, dan berbudaya.
- Kami warga kota Solo asli menghormati dan menghargai segala perbedaan, baik suku, agama, dan ras dalam sebuah kebhinekaan serta tidak ada ruang tumbuh dan berkembangnya sikap intoleran di kota kami.
- Kami warga kota Solo asli mengajak semua elemen yang ada di kota Solo serta seluruh anak bangsa bersatu padu, bekerja sama, bahu membahu bersama membantu pemerintah mengatasi pandemic Covid-19 yang tengah menlanda negeri Indonesia yang kita cintai ini.
- Kami warga kota Solo asli menolak siapapun dalam situasi Covid-19 seperti saat ini, ada pihak-pihak yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi atau perorangan – kelompok – golongan dan kepentingan politik dan menolak siapapun yang membuat kegaduhan di kota kami yang membuat hidup kami tidak nyaman.
- Kami warga kota Solo asli menginginkan kota Solo yang ayem tentrem, penuh kerukunan dan kebersamaan agar bisa bekerja dan hidup tenang dan damai di kota kami sendiri.
- Kami warga kota Solo asli sepakat Bersama-sama menjaga harga diri kota kami dengan segeap jiwa dan raga kami demi kota Solo yang berbudaya dan bermartabat serta siap berkorban apapun untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kami cintai.