Akhlak
Jahatnya Sifat Hasad
Diriwayatkan dari Muhammad ibn Ya’qub (Kulaini), dari ‘Ali ibn Ibrahim, dari Muhammad ibn ‘Isa, dari Yunus, dari Daud Raqqi, yang meriwayatkan Abu ‘Abdillah (Imam Shadiq as) bahwa Rasulullah saw bersabda, Allah Swt berfirman kepada Musa ibn Imran,
“Hai putra Imran, janganlah sekali-kali engkau dengki kepada manusia karena karunia yang Aku anugerahkan kepada mereka dan janganlah kau arahkan pandanganmu pada hal itu serta janganlah kau turuti perasaan dengki itu. Sesungguhnya orang yang dengki berarti jengkel kepada nikmat-Ku dan menggugat pembagian anugerah yang Aku tetapkan di antara hamba-hamba-ku. Barangsiapa berlaku demikian, Aku tidak berhubungan dengannya dan ia tidak pula berhubungn dengan-Ku.”
Hasad atau lebih dikenal masyarakat umum sebagai iri hati merupakan kondisi psikis seseorang yang menginginkan hilangnya suatu karunia atau kesempurnaan yang dianggap dimiliki orang lain. Meskipun, orang yang jadi objek hasad itu belum tentu benar-benar memiliki karunia itu dan menginginkan untuk drinya sendiri atau bukan.
Kita mengenal istilah umum “senang lihat orang susah, susah lihat orang senang”, begitulah mungkin gambaran singkat tentang hasad. Parahnya, orang yang hasad biasanya tak hanya ingin karunia yang diperoleh itu hilang namun berpindah kepada dirinya. Akibatnya, orang yang hasad akan melakukan segala upaya, bahkan tindakan tak terpuji sekali pun, hanya untuk merebut karunia orang lain.
Lebih kelewatan lagi, sebagian besar mereka yang hasad menganggap apa yang diterima orang lain sebagai suatu karunia, padahal belum tentu juga. Sebagian orang iri terhadap seseorang yang lihai bersilat lidah, beserta kata-katanya yang tajam bagai pedang untuk memaki, dan mengira itu sebuah kesempurnaan.
Hasad jelas berbeda dengan ghibthah, sebab ghibthah tak menginginkan karunia atau kesempurnaan yang diterima orang lain untuk dirinya sendiri tanpa mengaharapkan hilangnya kebaikan dari orang lain. Jadi titik tekannya pada mengharapkan karunia pada orang lain itu hilang atau tidak.
Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang menjadi iri hati?
Sebagian besar hasad atau iri hati disebabkan karena minder atau rendah diri. Ketika melihat orang lain mendapatkan karunia atau kesempurnaan, seseorang yang memiliki sifat iri hati akan merasa minder, kecil hati. Sebab dirinya tak mampu untuk mencapai kesempurnaan yang dicapai orang lain tersebut.
Akibatnya, muncul rasa rendah diri, putus asa dan berharap orang lain yang memperoleh karunia itu kehilangan karunianya agar bisa sama seperti orang yang iri hati. Maka dapat dikatakan, hasad merupakan kekerdilan jiwa dan kerendahan diri yang terwujud dalam bentuk keinginan akan musnahnya atau hilangnya kelebihan atau keberuntungan orang lain.
Lebih parah lagi, bila tak dapat mendapatkan karunia yang dimiliki orang lain, orang yang hasad akan melakukan tindakan paksa. Sebab, seseorang yang iri hati biasanya memiliki prinsip “jika dirinya tak memiliki karunia itu, maka orang lain pun tak boleh”.
Sebagia besar mereka yang iri hati atau hasad merupakan orang-orang yang kehidupannya berfokus pada dunia materi. Sehingga ketika orang lain secara fisik atau manterial mencapai kesempurnaan, maka orang yang iri hati itu mengingingkan kesempurnaan itu untuk dirinya sendiri dan hilang dari orang lain.
Karena ukurannya materi dan selalu saja melihat karunia yang dimiliki orang lain, jadinya ia lupa dengan karunia yang diperolehnya. Hingga hilanglah rasa syukur dalam dirinya. Dalam hatinya yang ada hanya kekurangan dan kekurangan. Selanjutnya, hatinya menjadi kerdil.
Mereka yang memiliki sifat hasad ini akan mengalami kesempitan, kegelapan, ketegangan, dan kesesakan yang timbul dalam hatinya akibat keburukan hasad yang mungkin tak terjadi pada kejahatan moral lainnya. Bahkan, sifat hasad ini dapat memicu kejahatan lain seperti merampas karunia orang lain.
Begitulah jahatnya sifat hasad yang dapat melahirkan tindakan-tindakan jahat lainnya yang berbuah dosa dan penyesalan di hari akhir nanti.
*Sumber: Buku 40 Hadis Imam Khomeini