Berita
Bahaya Kebodohan Majemuk
Kebodohan menjadi musuh utama umat manusia yang harus diperangi dengan cara belajar dan menuntut ilmu. Maka berdirinya sekolah di mana-mana merupakan wujud dari perlawanan terhadap kebodohan tersebut.
Kebodohan identik dengan kurangnya pengetahuan yang dapat menyusahkan kehidupan manusia. Tak hanya itu, akibat kebodohan, manusia juga dapat berada dalam marabahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua bencana yang menimpa manusia semata-mata diakibatkan kebodohannya.
Meski begitu, terdapat jenis kebodohan yang lebih para dari kebodohan itu sendiri. Dalam bukunya, “Penghimpun Kebahagiaan”, M. Mahdi mengistilahkannya dengan Kebodohan Majemuk.
Kebodohan majemuk merupakan sejenis kebodohan yang tak disadari orang yang bodoh. Ia tidak menyadari kenyataan bahwa dirinya tak memiliki pengetahuan. Ini merupakan kebodohan fatal. Karena dengan tak menyadari dirinya bodoh, ia tak akan memiliki motivasi untuk mencari ilmu atau kebenaran.
Baginya, pengetahuan yang dimiliki sudah final.
Lebih berbahaya lagi jika kebodohan majemuk terjadi dalam hal keagamaan. Maka, mau tak mau ia akan merasa dirinya paling benar. Sebab, dirinya menganggap pengetahuan yang dimilikinya sudah paripurna. Jadinya, ia tak akan mempan dinasihati apapun.
Pandangannya juga akan menjadi pandangan kacamata kuda; tak akan memperhatikan kondisi sekitar dan menerobos semua yang ada di depannya. Lebih parah lagi, kebodohan majemuk ini akan menciptakan manusia-manusia intoleran yang akan merasa paling benar dan semua yang berbeda denganya divonis keliru.
Jika sudah mencapai tahap separah itu, maka yang dirugikan tak lain dari agama Islam itu sendiri.
Padahal pengetahuan, termasuk pengetahuan agama, itu dinamis. Artinya, seperti orang-orang bijak bilang, saat satu pintu pengetahuan terbuka, niscaya di hadapannya akan terpampang sepuluh pintu lagi yang masih tertutup. Jadi fase pembelajaran itu tak akan pernah berhenti.
Cara mengobati kebodohan majemuk ini, menurut Mahdi, harus dicari akar masalahnya. Jika penyebabnya adalah kecenderungan yang merusak pikirannya maka penyembuhan terbaik adalah dengan mempelajari kelompok ilmu pengetahuan eksak. Sehingga pengetahuan itu akan membebaskan pikirannya dari kekacauan dan tekanan mental. Dus akan membimbingnya menuju keteguhan hati, serta kejernihan dan moderasi berpikir.
Begitupun dalam hal beragama; perlu terus belajar dan tak pernah puas dengan pengetahuan yang diperoleh saat ini. Agar tak terjebak dalam kebodohan majemuk dan pikirannya tak lagi tersandera hasrat, terbebas dari kedangkalan, sehingga lebih mudah menerima padangan lain sebagai wawasan pengetahuan.
Lebih dari itu, jika terbebas dari kebodohan majemuk, seseorang niscaya akan menjadi figur yang moderat dan toleran.