Berita
Timur Tengah Peringati Idul Adha di Tengah Pandemi
Umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Timur Tengah, sedang merayakan Idul Adha. Hari raya dalam kalender Islam yang juga disebut Idul Kurban itu berlangsung di tengah ancaman pandemi.
Sebagaimana dilaporkan businessghana (31 Juli 2020), di Lebanon, serangkaian pembatasan diberlakukan kembali selama empat hari ke depan. Semua itu dilakukan setelah terjadi lonjakan kasus Covid-19 hingga 80 persen sejak pencabutan Lockdown pada 8 Juni lalu.
Di Irak, rumah bagi kota-kota suci Muslim Sunni dan Syiah, pembatasan kembali diterapkan selama 10 hari, dimulai pada Rabu kemarin (29 Juli 2020). Pembatasan itu dilakukan di tengah munculnya kembali gelombang virus Corona.
Suriah dan Mesir masih menerapkan aturan pelarangan shalat di masjid-masjid. Kendati pada jam-jam tutup untuk restoran dan kafe diperpanjang menjelang Idul Adha, menyusul penurunan kasus virus corona dalam beberapa pekan terakhir.
Bukan hanya menghadapi pandemi, tantangan umat Islam di Timur Tengah pada peringatan Idul Adha tahun ini adalah cuaca menyengat. Suhu panasnya sampai terasa membakar kulit. Bayangkan saja, di Baghdad, suhunya bisa mencapai 51 derajat celsius. Begitu pula di kawasan Teluk; temperatur dapat mencapai 56 derajat Celsius. Namun, umat Muslim di sana tetap menggelar peringatan Idul Adha.
Idul Adha atau Hari Raya Kurban merupakan pertanda proses berakhirnya ritual ibadah haji sebagai ibadah tahunan umat Muslim ke Mekah.
Pada tahun-tahun sebelumnya, sedikitnya dua juta orang berkumpul di Mekah untuk melaksanakan ibadah haji. Namun, pada tahun ini, akibat pandemi, diperlakukan pembatasan kuantitas hingga 10 ribu jamaah saja dari seluruh dunia yang diperbolehkan mengikuti ibadah haji. Itu pun dengan keharusan mematuhi protokol kesehatan yang relatif ketat.