Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Kurban Menurut Surah al-Hajj

Beberapa hari lagi umat Islam merayakan Hari Raya Idul Adha. Di Indonesia, dikenal dengan sebutan Hari Raya Haji. Pada perayaan Idul Adha, terdapat prosesi berkurban bagi umat Islam. Prosesi itu dilakukan setelah mengerjakan shalat Ied di pagi harinya.

Perintah terkait berkurban banyak ditemukan dalam al-Quran. Salah satunya dalam surah al-Hajj ayat ke-37.

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan kamulah yang dapat mencapai-Nya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah atas bimbingan yang telah diberikan-Nya kepadamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Surah al-Hajj, Ayat 37)

Menurut Tafsir Nurul Quran karya Allamah Kamal Faqih Imani, bukan jenis binatang apa yang dikurbankan untuk disembelih yang dapat mendatangkan keridhaan Allah Swt. Namun, ketakwaan, ketulusan, dan niat suci yang akan mendatangkan keridhaan Allah Swt.

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai Allah, tetapi ketakwaan kamulah yang dapat mencapai-Nya.”

Artinya nilai pengurbanan bukan terletak dari jenis hewan-hewan yang dikurbankan, namun pada sejauh mana kecintaan kita kepada Allah Swt sehingga rela merogoh kocek untuk membeli hewan kurban. Tentu saja semakin banyak yang dikurbankan, semakin besar pengurbanannya. Namun, sekali lagi, semua itu harus didasari ketakwaan. Sebab, ketakwaan inilah yang akan mendatangkan ridha-Nya, bukan daging atau hewannya.

Kemudian, firman suci itu dilanjutkan dengan bimbingan Allah Swt agar kita menganggungkan Allah Swt atas bimbingan (nikmat) yang diberikan-Nya. Mengagungkan Allah Swt merupakan bentuk rasa syukur atas bimbingan Allah Swt.

“Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah atas bimbingan yang telah diberikan-Nya kepadamu.”

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa konsep “bersyukur” terdapat dalam fase suci takbir, yang berarti “menundukkan nikmat-nikmat ini”. Pasalnya, dengan bertakbir mengucap “la ilaha illallah”, kita telah mengucap syukur kepada Allah Swt yang telah membimbing kita pada tindakan-tindakan keagamaan dan rukun-rukun haji-Nya.

Karena itu, diakhir ayat ini, al-Quran mengatakan: “Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Kabar gembira itu ditujukkan kepada orang-orang yang menggunakan nikmat-nikmat dari Allah Swt untuk menjalankan kepatuhan kepada-Nya. Dus memenuhi kewajiban-kewajiban dengan sebaik-baiknya, khususnya dengan tidak menampakkan kekurangan dalam menginfakkan harta di jalan Allah Swt.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *