Berita
Tak Peduli Wabah Virus Corona, Kerajaan Saudi Cs Tetap Blokade Yaman
Kendati dikepung wabah virus corona, Saudi cs belum juga melonggarkan blokade atas Yaman. Dus, kendati PBB dan komunitas internasional berulang-kali selama beberapa minggu terakhir menyerukan agar Saudi mengizinkan masuknya bantuan, namun ama sekali tak ada tanda-tanda bahwa Saudi akan memenuhi seruan itu. Tampak jelas bahwa Saudi mengabaikan situasi secara total yang mengakibatkan terus meningkatnya korban sipil.
Blokade Saudi cs yang didukung Amerika Serikat (AS) telah menjadi masalah serius bagi rakyat Yaman. Terdapat sebuah pelabuhan yang dihancurkan pasukan agresor Saudi, yang sebenarnya mampu menjadi pintu masuk untuk pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar bagi sekitar 15 juta warga sipil. Namun Saudi cs telah berulang kali mencegat konvoi PBB dan kapal bantuan lainnya untuk masuk ke pelabuhan itu.
Tindakan itu hanya akan menjerumuskan negara tersebut dalam bencana kemanusiaan. Ribuan bom AS dijatuhkan, 1,5 juta orang hidup terlantar, dan lebih dari 90 persen penduduknya membutuhkan bantuan. Bagi rakyat Yaman, AS adalah penyebab utama masalah ini.
AS secara aktif membantu dan bersekongkol dengan Arab Saudi dalam membunuh warga sipil tanpa pandang bulu dalam jumlah yang fantastis. Dalam segala definisinya, ini merupakan kejahatan perang. AS, yang kerap mengklaim peduli dengan demokrasi dan hak asasi manusia, turut membantu rezim Saudi—salah satu rezim paling represif di planet ini—menutupi kejahatannya di PBB.
Seluruh tindakan menjijikkan itu membuat AS terlibat langsung dalam kejahatan perang Saudi. Skandal sangat memalukan ini hampir tidak mendapat perhatian dari penguasa politik AS maupun kanal berita di sana. Mereka tahu dan seluruh dunia tahu bahwa Saudi bahkan menargetkan rumah sakit dengan menggunakan senjata modern yang dipasok kontraktor militer dan produsen senjata asal AS.
Saudi dan mitra regionalnya dalam kejahatannya menjatuhkan bom-bom itu menggunakan jet tempur buatan AS. Militer AS sendiri, jauh dari sekadar pengamat netral, secara aktif memberikan data intelijen dan bantuan logistik kepada Saudi dalam melancarkan serangan udaranya. Bahkan rezim AS telah meneken kesepakatan untuk memberikan lebih banyak senjata kepada Saudi dengan imbalan 100 miliar dolar.
Lebih buruk lagi, AS juga berhasil mencegah PBB melakukan investigasi independen terhadap kejahatan perang yang dilakukan Arab Saudi. Sebaliknya, Arab Saudi malah diberikan izin untuk menyelidiki dirinya sendiri. Ini sungguh janggal sekaligus mengerikan.
Baca juga Serangan Koalisi Saudi Terus Berlanjut, Warisan Budaya Yaman Terancam Musnah
Maka, banyak pihak berharap agar PBB segera turun tangan untuk menghentikan kegilaan ini sebelum terlambat. Dewan Keamanan PBB harus menyerukan diakhirinya agresi dan mengirimkan bantuan kemanusiaan serta obat-obatan ke Yaman. Badan dunia itu juga harus segera menyerukan embargo senjata terhadap monarki Arab Saudi.
Tindakan itu tentu akan sangat berpengaruh dalam mengakhiri krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Yaman. Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan bahwa sekarang ini terdapat 1,5 juta anak di Yaman yang kekurangan gizi. Sebanyak 375 ribu di antaranya menderita kurang gizi akut. Sekitar 6 juta orang menerima bantuan makanan dari Program Pangan Dunia PBB, yang terpaksa harus mengurangi operasinya akibat pandemi. Krisis kemanusiaan di Yaman kini menjadi yang terburuk di dunia.
Mengakhiri agresi brutal dank keras kepala terhadap Yaman tentu tidak mudah bagi Saudi, meski tetap mungkin. Arab Saudi belum dapat berdamai dengan kebuntuan. Berdasarkan fakta di lapangan, Saudi tidak akan mampu memenangi perang melawan Yaman. Namun demikian, Saudi tetap ngotot dan tak mau menyerah pada perang yang tak dapat dimenangkan melawan gerakan perlawanan Ansarullah itu.
Masalah mendalam yang menggerogoti sistem ekonomi Arab Saudi, serta gagalnya konspirasi mereka untuk mengganti rezim di Suriah dan Irak, telah mendesak keluarga Raja Salman dan tuannya di Amerika Serikat, untuk mengubah arah. Kekalahan Saudi hanya soal waktu. Namun, intinya, kehidupan berharga rakyat Yaman telah hilang sebelum Monarki klan Saud mengakui bahwa agresi dan perang yang dikobarkannya hanyalah sia-sia belaka. (Farsnews)