Ikuti Kami Di Medsos

14 Manusia Suci

Mengenang Syahadah Imam Muhammad Jawad as

Tanggal 29 Zulqaidah adalah hari syahadah Imam Muhammad Jawad as. Beliau syahid akibat kelicikan dan tipudaya penguasa Mu’tashim, Khalifah Abbasi, pada akhir tahun 220 Hijriah. Beliau gugur sebagai syahid di tangan penguasa zalim dalam usia tak lebih dari 25 tahun. Mu’tashim, khalifah Abbasi yang zalim. Saat merasa tak mampu menghalangi kemampuan pemikiran, politik, dan maknawi Imam Jawad as, ia memutuskan untuk membunuh Imam. Namun, nampaknya ia lupa, justru hati para pencinta Ahlulbait Nabi senantiasa mengenang dan menghidupkan perjuangan tokoh besar ini. Sampai-sampai setelah syahadahnya, makam Imam Jawad menjadi tempat berlindung bagi orang-orang yang mengalami kesusahan. Ajaran dan pernyataan beliau menjadi pelita bagi setiap orang yang mencari kebahagiaan dan kemuliaan.

Baca juga Biografi Imam Muhammad Jawad as

Banyak pelajaran penting dalam kehidupan Imam Muhammad Jawad as yang perlu mendapat perhatian. Salah satunya, di usia kanak-kanak, beliau telah mencapai kesempurnaan ilmu pengetahuan, retorika, serta seluruh keutamaan akhlak. Kecerdasan beliau luar biasa. Beliau juga memiliki kekuatan logika, sehingga berbagai problematik dan masalah ilmu pengetahuan dapat dijawab dengan gamblang dan cemerlang.

Sejarahwan terkenal, Thabarsi, menulis  dalam salah satu bukunya, A’lamul Wara, “Imam Muhammad Jawad as semasa hidupnya, meski dalam usia masih muda, telah memperoleh dan mencapai tahap sempurna dalam ilmu dan hikmah. Sehingga, tak seorang pun cendekiawan dan ilmuwan besar mampu berhadapan dengan Imam Jawad as.”

Kemampuan ilmu pengetahuan Imam Muhammad Jawad as di tengah kalangan cerdik pandai dan ulama dari berbagai aliran agama, telah memunculkan kecemerlangan beliau yang luar biasa. Sehingga, saat menyaksikan dan mendengarkan keilmuan Imam Muhammad Jawad as, para tokoh agama lain mengakui bahwa keilmuan Imam Ahlulbait ini bersumber dari ilmu Allah Swt.

Imam Muhammad bin Ali Jawad as merupakan satu-satunya putra Imam Ali Ridha as. Dengan penekanan serta penunjukan ayahnya, yaitu Imam Ali bin Musa Ridha as, beliau dikukuhkan sebagai Imam Muslimin. Pada era kepemimpinan atau imamah beliau as, penguasa Bani  Abbas kian meningkatkan kejahatan dan pengawasannya, sehingga tidak membiarkan sedikit pun para pencinta Imam al-Jawad untuk menjalin kontak dengan beliau as. Dengan alasan inilah, masyarakat yang senantiasa di bawah kontrol penguasa itu mengambil jalan kontak dengan Imam melalui surat menyurat, dan Imam al-Jawad pun menjawab surat-surat mereka.

Syeikh Thusi menyebut ada 116 orang perawi hadis dari beliau. Dan kelompok ini telah meriwayatkan hadis-hadis yang cukup banyak dari Imam Muhammad Jawad as, yang sekaligus mengindikasikan betapa luasnya ilmu Imam Jawad berkenaan dengan masalah-masalah fiqih dan tafsir.

Imam Jawad as merupakan sentral berbagai gerakan pemikiran dan politik pada zamannya. Bahkan di berbagai penjuru kawasan, bantuan-bantuan material sangat banyak berdatangan untuk beliau, dan dimanfaatkan bantuan-bantuan tersebut untuk kepentingan masyarakat. Kontak-kontak semacam ini selalu dilakukan dalam kondisi yang sangat sulit, sehingga Imam dan pengikutnya terpaksa menulis surat dalam bentuk sandi. Namun justru surat dan kontak tersebut, semakin membuktikan betapa kuatnya gerakan dan aktifitas-aktifitas Imam Jawad as.

Baca juga 10 Rajab, Hari Kelahiran Imam Muhammad Jawad as

Imam Jawad as dalam bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat biasa, senantiasa menunjukkan sifat rendah hati dan tawadhu, serta akhlakul karimah. Sekalipun Imam dalam bergaul dengan masyarakat menunjukkan puncak ketawadhuan dan toleransi yang sangat tinggi, namun sebelum segala sesuatunya beliau selalu memikirkan keridhaan Allah, dan mengatakan, “Keridhaan Allah di atas keridhaan manusia.” Oleh karena itulah Imam selalu menampilkan sikap lembut dan tenang dalam menghadapi orang-orang yang tidak mempedulikan norma-norma Ilahi. Namun beliau tetap bersikap tegas dan kukuh dalam menghadapi musuh.

Imam Jawad as dikenal sangat dermawan dan lapang dada, dan dengan alasan inilah beliau dijuluki Jawad yang berarti sangat dermawan dan lapang dada. Tak seorang pun yang datang kepada beliau kembali dengan tangan hampa. Imam al-Jawad selalu berusaha sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan mereka, meski masyarakat mengutarakannya melalui surat-surat. Oleh karena itulah kecintaan kepada Imam selalu melekat di hati para pengikutnya, walaupun terdapat jarak pemisah antara beliau dengan pengikutnya, namun mereka tetap berusaha melaksanakan nasihat-nasihat beliau dengan menyaksikan tulisan tangan beliau as.

Ahmad bin Zakariya Shaidalani dalam sebuah hikayat mengenai kehidupan Imam Jawad as mengatakan, “Aku melaksanakan ibadah haji dengan penuh khusyu bersama Imam al-Jawad. Sewaktu manasik haji selesai, aku datang kepada beliau untuk menyampaikan perpisahan, dan aku mengatakan,‘Wahai putra Rasulullah! Pemerintah telah membebankan pajak yang berat terhadapku, sehingga aku tidak mampu lagi membayar pajak tersebut. Karena itu aku berharap kepada Tuan agar menulis sebuah surat kepada Gubernur penguasa kota ini, dan berpesan agar bersikap lembut dan baik kepadaku.’

Imam Jawad as mengatakan, ‘Aku tidak mengenal penguasa kota itu, bagaimana aku bisa menulis surat dan berpesan kepadanya?’

Lalu aku berkata,‘Walikota kami adalah pecinta Tuan, aku pikir surat dan pesan Tuan akan sangat bermanfaat.’ Kemudian Imam al-Jawad as mengambil kertas dan pena, lalu menulis sebuah surat yang isinya sebagai berikut:

Bismillahir rahmanir rahim.

Salam buat Anda dan hamba-hamba Allah yang bijaksana.

Wahai Walikota Sistan!

Kekuasaan dan pemerintahan adalah sebuah amanat Allah yang berada di pundak Anda, sehingga Anda dapat berkhidmat kepada para Hamba Allah. Maka dengan kekuasaan ini, sebenarnya Anda dapat membantu saudara-saudara Anda seakidah. Ketahuilah, bahwa sesuatu yang langgeng bagi Anda adalah perbuatan baik, serta bantuan-bantuan kebaikan yang Anda lakukan terhadap saudara-saudara segolongan dan sependeritaan. Ingatlah bahwa Allah Swt pada Hari Kiamat akan meminta pertanggungjawaban seluruh perbuatan Anda, dan perbuatan sekecil apa pun tidak akan tersembunyi bagi Allah Swt.”

Ahmad bin Zakariya melanjutkan penuturannya,”Aku terima surat Imam al-Jawad as, lalu aku pun menyampaikan perpisahan dan terus pulang ke kotaku. Akan tetapi rupanya berita tentang surat Imam al-Jawad yang ditujukan kepada walikota Sistan itu telah sampai ke telinga penduduk setempat. Mereka menyambut kedatanganku. Lalu ku serahkan surat tersebut kepada Walikota. Surat itu pun diterima dan diciuminya, lalu dibuka pelan-pelan dan dibacanya dengan hati-hati. Setelah itu semua urusanku terhadap walikota tersebut menjadi mudah dan selama dia memegang tampuk pemerintahan walikota itu senantiasa bersikap jujur dan adil terhadap semua masyarakat.”

Imam Ali ar-Ridha as menyampaikan pernyataan mengenai musibah yang menimpa putranya Imam Muhammad bin Ali al-Jawad semacam ini,”Putraku dibunuh dengan aniaya, sehingga para malaikat langit pun menangisinya. Allah Swt murka terhadap musuh dan orang-orang yang menzaliminya, sedang orang tersebut akan mendapatkan azab Allah yang sangat pedih.” [wikishia/hajij]

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *